Jumat, 14 Juli 2017

Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi

BAB  I
PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah maupun di Perguruan Tinggi, guru atau dosen memiliki peranan yang sangat penting karena mereka merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mengembangkan Program BK di Perguruan Tinggi

Mempersiapkan mahasiswa menjadi pribadi mandiri yang siap mengemban amanah dalam  dunia kerja, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan upaya yang komprehensif untuk membantu mahasiswa berkembang menjadi pribadi mandiri. Perguruan tinggi mempunyai peran strategis untuk membantu setiap mahasiswa berkembang optimal sehingga menjadi pribadi mandiri itu.  
“Tantangan mahasiswa di era global jauh lebih sulit dibanding era sebelumnya. Karena, mahasiswa dituntut menjadi pribadi yang tangguh, berkualitas, memiliki daya kompetitif tinggi, menguasai iptek dan memanfaatkan iptek untuk hal positif, serta tetap kokoh memegang nilai agama serta aturan hukum dalam berbangsa dan bernegara,” kata Lynna Lidyana, dr.Sp.Kj., Ketua Pelaksana Seminar dan Workshop Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi (IBK-PT), di Bandung, Senin (25/7/2011).
Menurut Lynna Lidyana, untuk memfasilitasi mahasiswa mencapai kemandiriannya, setiap perguruan tinggi perlu memiliki program yang jelas dan terukur, dengan strategi dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan mahasiswa. Perkembangan optimal yang diharapkan bisa terwujud pada pribadi mahasiswa meliputi optimalisasi dalam prestasi akademik, keterampilan sikap dan  perilaku sesuai dengan nilai dan bidang ilmu yang ditekuni, dan mencapai tugas perkembangan sebagi pribadi yang dewasa, serta mempersiapkan karier dan masa depan dengan matang.
 “Pada kenyataannya ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa, baik karena faktor internal dirinya maupun faktor eksternal yang tidak semuanya bisa diselesaikan mahasiswa dengan cara yang baik dan benar,” ujar Lynna Lidyana.
Diungkapkan, wujud ketidakmampuan mahasiswa mengatasi berbagai masalahnya secara mandiri dan bermoral dapat dilihat dari ditampilkannya sikap dan perilaku menyimpang, antara lain berupa tawuran, bertindak anarkis, penyalahgunaan narkoba, perilaku seks bebas. Di sisi lain secara akademis ditemukan beberapa kasus mahasiswa yang tidak mampu mencapai nilai (IPK) yang diharapkan, masa studi yang lama, bahkan kasus yang terancam drop-out. Selanjutnya dilihat dari perencanaan karier, masih banyak  ditemukan mahasiswa yang belum memiliki perencanaan yang jelas.
Lynna Lidyana menegaskan, layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi dapat menjadi wahana penting dalam membantu mahasiswa mengatasi berbagai masalah pribadi sosial, akademik, maupun karier, serta membantu mahasiswa menjalani proses perkembangan. “Secara empirik saat ini belum semua perguruan tinggi memiliki unit layanan bimbingan dan konseling, yang memberikan layanan khusus untuk membantu mahasiswa berkembang optimal,” katanya.
Memperhatikan kenyataan tersebut, perlu dibangun kesamaan persepsi dalam mengokohkan peran dan fungsi BK di perguruan pinggi. Maka, setiap perguruan tinggi perlu memiliki unit khusus BK untuk melayani mahasiswa bermasalah dan membantu mengoptimalkan perkembangan setiap mahasiswa. Selanjutnya perlu dibangun kesamaan persepsi tentang jenis layanan BK yang perlu diberikan.

B.     Model Hipotetik layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi

Pengembangan model ini didasarkan kepada analisis paduan antara temuan empiris tentang kondisi obyektif dilapangan dengan kaidah-kaidah bimbingan yang bersifat ideal (konseptual). Rancangan pengembangan model tersebut memuat komponen-komponen :

1.      Rasional

Keberadaan dan kekuatan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan formal paling puncak terletak pada kemampuanya untuk mengembangkan orientasi ke masa depan, mengembangan wawasan, sikap dan perilaku futuristic dan antisipasipatoris.

Gejala perubahan mendasar yang sedang dan akan terjadi di dalam masyarakat adalah perubahan social-budaya yang didorong oleh 3 faktor utama, yaitu (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) factor kependudukan, dan (3) factor ekologi atau lingkungan hidup. Pesat dan mendalam perubahan-perubahan tersebut menimbulkan masalah-masalah dan peluang baru lagi pengalaman umat manusia.

Menghadapi dinamika gejala yang demikian, perguruan tinggi harus mampu tampil menjadi sumber utama untuk memahami dan menemukan pemecahan masalah dan pemanfaatan peluang tersebut secara “benar” dan “ilmiah”. Hal ini berarti perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab membina mahasiswa sebagai obyek dan subyek didik agar memiliki kemampuan untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, mengadakan inovasi, dan menggunakan teknologi canggih, serta mengintegrasikan hal-hal tersebut ke dalam kerangka social budaya yang ditopang oleh system nilai yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kerangka kerja pendidikan tinggi untuk membentuk kualitas manusia seperti tersebut di atas bukan hanya menyangkut urusan perkuliahan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang memfokuskan kepada pengembangan aspek kognisi dan menyiapkan tenaga kerja tingkat tinggi yang siap pakai. Upaya tersebut sangat bersangkut paut dengan aspek-aspek perkembangan pribadi, social dan system nilai.

Implikasinya, upaya bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi mahasiswa yang diwujudkan melalui formula perkuliahan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat perlu ditopang dan didukung oleh strategi pelayanan bimbingan dan konseling yang memusatkan kepedulian kepada upaya perkembangan aspek-aspek pribadi, social dan system nilai mahasiswa. Strategi pelayanan tersebut mesti dilaksanakan secara serempak dan terpadu dengan komponen pendidikan yang lain. Oleh karena itu, keberadaan dan penyelenggaraanya sangat perlu didukung oleh model pengelolaan yang sistematik dan sistemik, terancang, terorganisasikan, terlembagakan, dan terstruktur dlam kebutuhan lembaga pendidikan tinggi.

2.      Visi dan Misi

Agar keberadaannya dapat diterima dengan visi pendidikan tinggi dan mampu menunjukkan peran yang jelas dan has dalam menjawab tantangan pendidikan tinggi di Indonesia, misi layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi adalah PENGEMBANGAN, karena layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi tidak sekedar mengembangkan layanan yang bersifat korektif dan terapeutik, melainkan memetakkan titik sentral kepada antisipasi dan pencegahan kendala, serta pengoptimalan kekuatan potensi dan dukungan kontekstual. INDIVIDULISASI, karena kekuatan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi justru terletak pada kepedulian memfasilitasi perkembangan potensi, harkat dan martabat mahasiswa sesuai dengan fitrah dan segenap perangkat keindividualannya. Sedangan FUTURISTIK, karena layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi akan membawa mahasiswa kearah pengembangan wawasan, sikap dan prilaku antisipasif, khususnya dalam mengembangkan kemampuan merencanakan kehidupan karir di masa depan.

Searah dengan visi di atas, maka misi layanan bimbingan dan konseling di pergurun tinggi terpusat pada pemberian bantuan kepada mahasiswa dalam mengatasi hambatan dan menjawab tantangan serta mengembangkan potensi untuk mengoptimalisasikan pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Misi ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi mampu menyajikan “MENU” yang dapat memberikan “SELERA” kemudahan mahasia untuk melimatkan nilai-nilai akademik dengan aspek-aspek pribadi sosialnya, sebagai modal dan model untuk mengembangkan dan merencanakan karir di masa depan melalui bantuan untuk mencegah factor yang menghambat, melengkapi keterbatasan, dan mengembangkan kekuatan potensi mahasiswa menuju perkembangan pribadi yang menyeluruh dan utuh.

Dalam konteks operasional, misi tersebut diwujudkan melalui tindakan bimbingan mahasiswa untuk menginternalisasikan system nilai yang diserap melalui pelayanan perkuliahan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sebagai dasar untuk mengakuratkan perhitungan peluang, tantangan dan hambatan perkembangan pribadi.

 

C.    Perkembangan dan kebutuhan mahasiswa

Perkembangan dan kebutuhan mahasiswa menunjukkan bahwa kondisi obyektif pencapaian tugas perkembangan mahasiswa belum sepenuhnya mampu mencapai tingkat kondisi ideal. Dalam fenomena di lapangan menunjukkan bahwa belum semua indicator tugas perkembangan mahasiswa dapat dicapai dan berkembang secara optimal. Dengan demikian, masih ada aspek dan jenis tugas perkembangan yang membutuhkan sentuhan intervensi bimbingan dan konseling untuk mengoptimalisasikan pencapaianya. Aspek-aspek perkembangan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Dalam aspek perkembangan keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa, dimensi indicator yang pencapainya tinggi meliputi keyakinan bahwa agama yang dianut dapat menjamin keselamatan hidupnya dan menghormati kedua orang tua. Sedangkan indicator pencapaianya cenderung masih lemah sehingga membutuhkan intervensi bimbingan dan konseling adalah dalam hal melaksanakan ibadah sebagai bagian integral dalam perilaku sehari-hari, termasuk didalamnya mengendalikan diri untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama. Perkembangan aspek ini berkaitan dengan perkembangan pemerolehan perangkat nilai sebagai pedoma berprilaku. Indicator-indikator yang cenderung tinggi dalam aspek ini adalah berperilaku sopan dalam bergaul dengan orang lian, sementara indicator yang lemah meliputi bersikap jujur dalam berperilaku sehari-hari baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan bersikap rendah hati dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Aspek peran social pria/wanita indicator yang menjadi kebutuhan untuk dikembangkan adalah berprilaku sebagai pria/wanita sesuai dengan norma masyarakat. Aspek ini potensial menjadi sumber konflik mahasiswa karena kesenjangan norma pergaulan pria/wanita antara yang ideal dan yang nyata semakin hari semakin tajam, dan bahkan bertentangan. Akibatnya, perkembangan dalam mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria/wanita juga masih memuat berbagai permasalahan. Indicator yang menjadi kebutuhan aspek ini meliputi kemampuan untuk melakukan hubungan antar pribadi dan berperan secara proporsional dalam kelompoknya.

Aspek yang perlu dikembangkan dalam tugas perkembangan berprilaku social yang bertanggung jawab adalah kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap masalah-masalah social secara bertanggung jawab. Hal ini perlu ditekankan, karena dewasa ini semakin berkembang perilaku mahasiswa yang mengatasnamakan wujud kepedulian social tetapi tidak diwujudkan dan dimbangi dengan perilaku yang bertanggung jawab.  Dikembangkan meliputi kemampuan berfikir sistematis dan kepemilikan keterampilan belajar yang efektif bagi dirinya. Sedangkan dalam aspek pencapai kemandirian emosional indicator yang memerlukan intervensi bimbingan dalam hal ini mengembangkan aspek kasih sayang kepada orang lain tanpa bergantung kepadanya.

D.    Tujuan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi

Sejalan dengan visi dan misi bimbingan dan onseling di perguruan tinggi yang telah dirumuskan, maka tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu memperlancar tugas-tugas perkembangan mahasiswa melalui upaya pengembangan kemampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan secara mandiri, mempertautkan kepentingan individu dengan tuntutan social, dan menyelaraskan mahasiswa dengan kemungkinan pekerjaan dan karirnya di masa depan.

Seiring dengan tahap dan pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa maka tujuan umum tersebut dijabarkan dalam tujuan-tujuan khusus sebagai berikut :

1.      Mengembangkan sikap dan perilaku mahasiswa dalam beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa

2.      Mengembangkan pemahaman dan pemerolehan perangkat nilai sebagai pedoma dalam berperilaku

3.      Mengembangkan kemampuan dan pemanfaatan potensi diri untuk mempersiapkan kehidupan di masa depan

4.      Mengembangkan kemampuan berperan social sebagai pria dan wanita dalam rangka mencapai hubungan antar pribadi yang lebih matang

5.      Mengembangkan perilaku social yang bertanggungjawab meliputi aspek kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap masalah-masalah social

6.      Mengembangkan kemampuan berpikir sistematis dan keterampilan belajar efektif

7.      Mengembangkan kemandirian emosional

8.      Mengembangkan kemandirian ekonomi

9.      Mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk mempersiapkan karir di masa depan

10.  Mengembangkan kemampuan untuk memiliki dan menemukan kelompok social yang bermakna bagi kehidupannya.

 

E.     Tataran Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi

Isi bimbingan ini dikembangkan dari pengalaman bimbingan yang seyogyanya dihayati oleh mahasiswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya melalui pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling.

Untuk meningkatkan efektivitasnya, layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi mengembangan 3 jenis layanan, yaitu

1.      Layanan dasar umum

Merupakan layanan bimbingan yang ditujukan kepada seluruh mahasiswa melalui tindakan pemberian bantuan kepada mahasisa untuk mengembangkan keterampilan dasar hidup menuju perilaku efektif. Pengembangan kemampuan tersebut secara berkelanjutan akan menjadi dasar untuk mengembangkan diri.

Pelaksanaan layanan ini dapat berupa kegiatan pemberian informasi bimbingan secara klasikal atau kelompok kepada semua mahasiswa. 

Isi layanan ini meliputi pengalaman bimbingan untuk mengembangkan :

a.       Sikap dan perilaku mahasiswa dalam beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa

b.      Pemahaman dan pemerolehan perangkat nilai sebagai pedoman dalam berperilaku

c.       Kemampuan dan pemanfaatan potensi diri untuk mempersiapkan kehidupan di masa depan

d.      Kemampuan berperan social sebagai pria dan wanita dalam rangka mencapai hubungan antarpribadi yang lebih matang

e.       Perilaku social yang bertanggungjawab yang meliputi aspek kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap masalah-masalah social

f.       Kemampuan berpikir sistimatis dan keterampilan belajar efektif

g.      Kemampuan dan keterampilan untuk mempersiapkan karir di masa depan

h.      Kemampuan untuk memiliki dan menemukan kelompok social yang bermakna bagi kehidupannya.

2.      Layanan Responsif

Hakikat layanan ini adalah membantu mahasiswa memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan terjadi pada saat sekarang. Dengan demikian layanan ini merupakan wahana pemberian bantuan kepada mahasiswa yang hambatan serius dan unik dalam melaksanakan dan mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Berdasarkan fenomena-fenomena dalam penelitian dan persoalan kebutuhan mahasiswa yang membutuhkan layanan responsive adalah berupa bimbingan tentang:

a.       Pengendalian diri untuk berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah agama yang dianutnya

b.      Sikap jujur dalam berperilaku sehari-hari

c.       Keterampilan komunikasi empatik

d.      Pemahaman dan penggunaan kemampuan diri secara proaktif

e.       Sikap dan perilaku social yang bertanggungjawab

f.       Pengembangan kemampuan dan keterampilan berpikir sistematik

g.      Kematangan aspek-aspek emosional

h.      Kemampuan dan keterampilan untuk mempersiapkan karir di masa depan

 

3.      Layanan perencanaan dan pengembangan Individual

Mengacu pada visi layanan bimbingan sebagai proses individual, pengembangan, dan futuristic, maka layanan ini memfokuskan kepada strategi membantu mahasiswa dalam memahami, merencanakan, dan mengembangkan dirinya sesuai dengan perangkat kondisi individual yang dimilikinya.

Aspek dan tahap perkembangan yang ingin dicapai melalui layanan ini adalah dilaksanakannya tugas-tugas perkembangan secara menyeluruh dan utuh sebagai strategi pengambilan keputusan efektif dalam merencanakan kehidupannya di masa depan.

Peranan pembimbing dalam pelaksanaan layanan ini adalah memandu mahasiswa untuk menyusun rencana pengembangan dirinya, yang meliputi aspek pribadi social, pendidikan dan karirnya di masa depan.

Isi bimbingan dari layanan ini meliputi bimbingan :

a.       Pemahaman diri sebagai individu yang unik, khususnya yang menyangkut kelebihan dan keterbatasan kemampuan, bakat, minat, dan kondisi sosialnya

b.      Pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang efektif sesuai dengan rencana masa depan dan tujuan hidupnya.

4.      Sistem Pendukung

Dalam kajian manajemen strategi pengembangan model ini menghendaki adanya dukungan system yang memfasilitasi berkembangnya suasana lembaga perguruan tinggi yang kondusif bagi penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. System pendukung yang dimaksud sekurang-kurangnya mencakup komponen-komponen sebagai berikut :

a.       Komitmen civitas akademika terhadap prinsip dasar layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi

1)      Sifat holistic perkembangan mahasiswa dan pesatnya perubahan peluang, tantangan, dan hambatan lingkungan perkembangan mahasiswa membawa implikasi terhadap proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat di perguruan tinggi. Prinsip ini menghendaki dukungan layanan bimbingan yang secara integral menopang keterbatasan proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam memenuhi fungsi dan tujuan perguruan tinggi. Titi sentral kepedulian layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi terletak pada upaya pengoptimalisasian pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa sebagai strategi pengembangan aspek-aspek pribadi social, etik dan moral

2)      Pengembangan system peluncuran layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi menghendaki keterpaduan persepsi dan komitmen tentang visi dan misi bimbingan dari segenap civitas akademika. Visi menurut pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa bahwa bimbingan dan konseling di perguruan tinggi adalah layanan kemanusiaan yang futuristic, pengembangan, individuasi dan kontekstual membawa implikasi bahwa layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi memiliki alur sumbangan yang jelas dan memiliki strategi peluncuran yang khas dalam upaya mewujudkan fungsi dan mencapai tujuan perguruan tinggi.

3)      Isi layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi didasarkan kepada kondisi obyektif karakteristik perkembangan kebutuhan mahasiswa dan dikembangkan secara terpadu dengan proses perkuliahan, penelitian, dan pengambdian pada masyarakat yang dilaksanakan perguruan tinggi. Titik tolak pengemasan isi layanan adalah tugas-tugas perkembangan mahasiswa yang dipadukan dan diramu dengan peluang, hambatan, dan tantangan lingkungan

4)      Penata Kebijakan : sebagai suatu layanan yang didukung oleh unsur-unsur manajerial dan dilaksanakan dalam setting lembaga pendidikan formal, aktualisasi layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi perlu ditopang oleh seperangkat kebijakan yang jelas.

Kebijakan-kebijakan yang dimaksud sekurang-kurangya mencakup tiga aspek dasar yaitu : 1) struktur organisasi, 2) pengadaan dan pengembangan staf, 3) penyediaan dan pengembangan sarana pendukung, termasuk alokasi pendanaan secara rasional dan proporsional.

5)      Penataan aspek manajerial dan operasional

Aspek-aspek manejerial dan operasional yang perlu ditata mencakup : 1) peran, tugas, dan tanggungjawab pimpinan perguruan tinggi, dosen pengajar, 2) pengembangan mekanisme kerja, system informasi dan monitorinf, supervise dan evaluasi dan 3) pengembangan perangkat operasional administrasi bimbingan dan konseling.

6)      Pengembangan program

Pengembangan program bimbingan dan konseling diperguruan tinggi didasarkan kepada kondisi obyektif pencapaian tugas-tugas perkembangan mahasiswa yang dipadukan dengan analisis peluang, hambatan dan tantangan lingkungan perkembangan mahasiswa. Program ni disusun dengan koordinasi integrasi dengan keseluruhan program pendidikan diperguruan tinggi. Kebijakan pengembangan program untuk kurun waktu satu tahun sekali, implementasinya perlu dijabarkan menjadi program persemester dan program per bulan.

Pengembangan program bimbingan ini disusun secara jelas dengan arah dan derap yang seimbang ke berbagai fakultas dna jurusan. Prioritas program di dasarkan kepada aspek-aspek tugas perkembangan yang belum dapat dicapai oleh mahasiswa.



BAB III

PENUTUP

 

Ada beberapa variable yang perlu kita ketahui terkait bimbingan dan konseling diperguruan tinggi yang pertama mencapai tugas perkembangan mahasiswa, kedua lingkungan mahasiswa, dan ketiga implementasi actual layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi. Hal ini yang menjadi fenomena atau kondisi obyektif pencapaian tugas perkembangan mahasiswa menunjukkan bahwa aspek-aspek tugas perkembangan yang semestinya menjadi dimensi keunggulan mahasiswa belum dapat diwujudkan secara operasional.

 



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar