BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan
bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih
berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun
kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak
lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila
tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling
diperlukan.
Pada
pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah maupun di Perguruan Tinggi, guru atau dosen memiliki peranan
yang sangat penting karena mereka
merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di
dalam melakukan bimbingan dan
konseling, kerja sama
konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak
boleh ditinggalkan. Kerjasama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan
dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengembangkan
Program BK di Perguruan Tinggi
Mempersiapkan
mahasiswa menjadi pribadi mandiri yang siap mengemban amanah dalam dunia
kerja, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bukanlah pekerjaan
yang mudah. Dibutuhkan upaya yang komprehensif untuk membantu mahasiswa
berkembang menjadi pribadi mandiri. Perguruan tinggi mempunyai peran strategis
untuk membantu setiap mahasiswa berkembang optimal sehingga menjadi pribadi
mandiri itu.
“Tantangan
mahasiswa di era global jauh lebih sulit dibanding era sebelumnya. Karena,
mahasiswa dituntut menjadi pribadi yang tangguh, berkualitas, memiliki daya
kompetitif tinggi, menguasai iptek dan memanfaatkan iptek untuk hal positif,
serta tetap kokoh memegang nilai agama serta aturan hukum dalam berbangsa dan
bernegara,” kata Lynna Lidyana, dr.Sp.Kj., Ketua Pelaksana Seminar dan Workshop
Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi (IBK-PT), di Bandung, Senin
(25/7/2011).
Menurut
Lynna Lidyana, untuk memfasilitasi mahasiswa mencapai kemandiriannya, setiap
perguruan tinggi perlu memiliki program yang jelas dan terukur, dengan strategi
dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat perkembangan mahasiswa. Perkembangan
optimal yang diharapkan bisa terwujud pada pribadi mahasiswa meliputi optimalisasi
dalam prestasi akademik, keterampilan sikap dan perilaku sesuai dengan
nilai dan bidang ilmu yang ditekuni, dan mencapai tugas perkembangan sebagi
pribadi yang dewasa, serta mempersiapkan karier dan masa depan dengan matang.
“Pada kenyataannya ditemukan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa, baik karena faktor internal dirinya
maupun faktor eksternal yang tidak semuanya bisa diselesaikan mahasiswa dengan
cara yang baik dan benar,” ujar Lynna Lidyana.
Diungkapkan,
wujud ketidakmampuan mahasiswa mengatasi berbagai masalahnya secara mandiri dan
bermoral dapat dilihat dari ditampilkannya sikap dan perilaku menyimpang,
antara lain berupa tawuran, bertindak anarkis, penyalahgunaan narkoba, perilaku
seks bebas. Di sisi lain secara akademis ditemukan beberapa kasus mahasiswa
yang tidak mampu mencapai nilai (IPK) yang diharapkan, masa studi yang lama,
bahkan kasus yang terancam drop-out. Selanjutnya dilihat dari
perencanaan karier, masih banyak ditemukan mahasiswa yang belum memiliki
perencanaan yang jelas.
Lynna
Lidyana menegaskan, layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi dapat
menjadi wahana penting dalam membantu mahasiswa mengatasi berbagai masalah
pribadi sosial, akademik, maupun karier, serta membantu mahasiswa menjalani proses
perkembangan. “Secara empirik saat ini belum semua perguruan tinggi memiliki
unit layanan bimbingan dan konseling, yang memberikan layanan khusus untuk
membantu mahasiswa berkembang optimal,” katanya.
Memperhatikan
kenyataan tersebut, perlu dibangun kesamaan persepsi dalam mengokohkan peran
dan fungsi BK di perguruan pinggi. Maka, setiap perguruan tinggi perlu memiliki
unit khusus BK untuk melayani mahasiswa bermasalah dan membantu mengoptimalkan
perkembangan setiap mahasiswa. Selanjutnya perlu dibangun kesamaan persepsi
tentang jenis layanan BK yang perlu diberikan.
B. Model
Hipotetik layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi
Pengembangan model ini didasarkan kepada
analisis paduan antara temuan empiris tentang kondisi obyektif dilapangan
dengan kaidah-kaidah bimbingan yang bersifat ideal (konseptual). Rancangan
pengembangan model tersebut memuat komponen-komponen :
1.
Rasional
Keberadaan dan kekuatan perguruan tinggi
sebagai lembaga pendidikan formal paling puncak terletak pada kemampuanya untuk
mengembangkan orientasi ke masa depan, mengembangan wawasan, sikap dan perilaku
futuristic dan antisipasipatoris.
Gejala perubahan
mendasar yang sedang dan akan terjadi di dalam masyarakat adalah perubahan
social-budaya yang didorong oleh 3 faktor utama, yaitu (1) perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, (2) factor kependudukan, dan (3) factor ekologi atau
lingkungan hidup. Pesat dan mendalam perubahan-perubahan tersebut menimbulkan
masalah-masalah dan peluang baru lagi pengalaman umat manusia.
Menghadapi dinamika gejala yang demikian,
perguruan tinggi harus mampu tampil menjadi sumber utama untuk memahami dan
menemukan pemecahan masalah dan pemanfaatan peluang tersebut secara “benar” dan
“ilmiah”. Hal ini berarti perguruan tinggi mempunyai tanggung jawab membina
mahasiswa sebagai obyek dan subyek didik agar memiliki kemampuan untuk
memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, mengadakan inovasi, dan menggunakan
teknologi canggih, serta mengintegrasikan hal-hal tersebut ke dalam kerangka
social budaya yang ditopang oleh system nilai yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kerangka kerja pendidikan tinggi untuk
membentuk kualitas manusia seperti tersebut di atas bukan hanya menyangkut
urusan perkuliahan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang memfokuskan
kepada pengembangan aspek kognisi dan menyiapkan tenaga kerja tingkat tinggi
yang siap pakai. Upaya tersebut sangat bersangkut paut dengan aspek-aspek
perkembangan pribadi, social dan system nilai.
Implikasinya, upaya bimbingan, pengajaran dan
atau latihan bagi mahasiswa yang diwujudkan melalui formula perkuliahan,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat perlu ditopang dan didukung oleh
strategi pelayanan bimbingan dan konseling yang memusatkan kepedulian kepada
upaya perkembangan aspek-aspek pribadi, social dan system nilai mahasiswa.
Strategi pelayanan tersebut mesti dilaksanakan secara serempak dan terpadu
dengan komponen pendidikan yang lain. Oleh karena itu, keberadaan dan
penyelenggaraanya sangat perlu didukung oleh model pengelolaan yang sistematik
dan sistemik, terancang, terorganisasikan, terlembagakan, dan terstruktur dlam
kebutuhan lembaga pendidikan tinggi.
2.
Visi dan Misi
Agar keberadaannya dapat diterima dengan visi
pendidikan tinggi dan mampu menunjukkan peran yang jelas dan has dalam menjawab
tantangan pendidikan tinggi di Indonesia, misi layanan bimbingan dan konseling
di perguruan tinggi adalah PENGEMBANGAN, karena layanan bimbingan dan konseling
diperguruan tinggi tidak sekedar mengembangkan layanan yang bersifat korektif
dan terapeutik, melainkan memetakkan titik sentral kepada antisipasi dan
pencegahan kendala, serta pengoptimalan kekuatan potensi dan dukungan
kontekstual. INDIVIDULISASI, karena kekuatan layanan bimbingan dan konseling di
perguruan tinggi justru terletak pada kepedulian memfasilitasi perkembangan
potensi, harkat dan martabat mahasiswa sesuai dengan fitrah dan segenap
perangkat keindividualannya. Sedangan FUTURISTIK, karena layanan bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi akan membawa mahasiswa kearah pengembangan wawasan,
sikap dan prilaku antisipasif, khususnya dalam mengembangkan kemampuan
merencanakan kehidupan karir di masa depan.
Searah dengan visi di atas, maka misi layanan
bimbingan dan konseling di pergurun tinggi terpusat pada pemberian bantuan
kepada mahasiswa dalam mengatasi hambatan dan menjawab tantangan serta
mengembangkan potensi untuk mengoptimalisasikan pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Misi ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling
diperguruan tinggi mampu menyajikan “MENU” yang dapat memberikan “SELERA”
kemudahan mahasia untuk melimatkan nilai-nilai akademik dengan aspek-aspek
pribadi sosialnya, sebagai modal dan model untuk mengembangkan dan merencanakan
karir di masa depan melalui bantuan untuk mencegah factor yang menghambat, melengkapi
keterbatasan, dan mengembangkan kekuatan potensi mahasiswa menuju perkembangan
pribadi yang menyeluruh dan utuh.
Dalam konteks operasional, misi tersebut
diwujudkan melalui tindakan bimbingan mahasiswa untuk menginternalisasikan
system nilai yang diserap melalui pelayanan perkuliahan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat sebagai dasar untuk mengakuratkan perhitungan
peluang, tantangan dan hambatan perkembangan pribadi.
C. Perkembangan
dan kebutuhan mahasiswa
Perkembangan dan kebutuhan mahasiswa
menunjukkan bahwa kondisi obyektif pencapaian tugas perkembangan mahasiswa
belum sepenuhnya mampu mencapai tingkat kondisi ideal. Dalam fenomena di
lapangan menunjukkan bahwa belum semua indicator tugas perkembangan mahasiswa
dapat dicapai dan berkembang secara optimal. Dengan demikian, masih ada aspek
dan jenis tugas perkembangan yang membutuhkan sentuhan intervensi bimbingan dan
konseling untuk mengoptimalisasikan pencapaianya. Aspek-aspek perkembangan yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
Dalam aspek perkembangan keimanan dan
ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa, dimensi indicator yang pencapainya
tinggi meliputi keyakinan bahwa agama yang dianut dapat menjamin keselamatan
hidupnya dan menghormati kedua orang tua. Sedangkan indicator pencapaianya cenderung
masih lemah sehingga membutuhkan intervensi bimbingan dan konseling adalah
dalam hal melaksanakan ibadah sebagai bagian integral dalam perilaku
sehari-hari, termasuk didalamnya mengendalikan diri untuk menjauhi
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ajaran agama. Perkembangan aspek ini
berkaitan dengan perkembangan pemerolehan perangkat nilai sebagai pedoma
berprilaku. Indicator-indikator yang cenderung tinggi dalam aspek ini adalah
berperilaku sopan dalam bergaul dengan orang lian, sementara indicator yang
lemah meliputi bersikap jujur dalam berperilaku sehari-hari baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan bersikap rendah hati dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
Aspek peran social pria/wanita indicator yang
menjadi kebutuhan untuk dikembangkan adalah berprilaku sebagai pria/wanita
sesuai dengan norma masyarakat. Aspek ini potensial menjadi sumber konflik
mahasiswa karena kesenjangan norma pergaulan pria/wanita antara yang ideal dan
yang nyata semakin hari semakin tajam, dan bahkan bertentangan. Akibatnya,
perkembangan dalam mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria/wanita juga masih memuat berbagai permasalahan. Indicator yang
menjadi kebutuhan aspek ini meliputi kemampuan untuk melakukan hubungan antar
pribadi dan berperan secara proporsional dalam kelompoknya.
Aspek yang perlu dikembangkan dalam tugas
perkembangan berprilaku social yang bertanggung jawab adalah kepedulian
terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap masalah-masalah social
secara bertanggung jawab. Hal ini perlu ditekankan, karena dewasa ini semakin
berkembang perilaku mahasiswa yang mengatasnamakan wujud kepedulian social
tetapi tidak diwujudkan dan dimbangi dengan perilaku yang bertanggung
jawab. Dikembangkan meliputi kemampuan
berfikir sistematis dan kepemilikan keterampilan belajar yang efektif bagi
dirinya. Sedangkan dalam aspek pencapai kemandirian emosional indicator yang
memerlukan intervensi bimbingan dalam hal ini mengembangkan aspek kasih sayang
kepada orang lain tanpa bergantung kepadanya.
D. Tujuan
bimbingan dan konseling diperguruan tinggi
Sejalan dengan visi dan misi bimbingan dan
onseling di perguruan tinggi yang telah dirumuskan, maka tujuan umum bimbingan
dan konseling adalah membantu memperlancar tugas-tugas perkembangan mahasiswa
melalui upaya pengembangan kemampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan secara
mandiri, mempertautkan kepentingan individu dengan tuntutan social, dan
menyelaraskan mahasiswa dengan kemungkinan pekerjaan dan karirnya di masa
depan.
Seiring dengan tahap dan pencapaian
tugas-tugas perkembangan mahasiswa maka tujuan umum tersebut dijabarkan dalam
tujuan-tujuan khusus sebagai berikut :
1. Mengembangkan sikap dan perilaku mahasiswa
dalam beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa
2. Mengembangkan pemahaman dan pemerolehan
perangkat nilai sebagai pedoma dalam berperilaku
3. Mengembangkan kemampuan dan pemanfaatan
potensi diri untuk mempersiapkan kehidupan di masa depan
4. Mengembangkan kemampuan berperan social
sebagai pria dan wanita dalam rangka mencapai hubungan antar pribadi yang lebih
matang
5. Mengembangkan perilaku social yang
bertanggungjawab meliputi aspek kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan
kepekaan terhadap masalah-masalah social
6. Mengembangkan kemampuan berpikir sistematis
dan keterampilan belajar efektif
7. Mengembangkan kemandirian emosional
8. Mengembangkan kemandirian ekonomi
9. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk mempersiapkan karir di masa depan
10. Mengembangkan kemampuan untuk memiliki dan
menemukan kelompok social yang bermakna bagi kehidupannya.
E. Tataran
Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi
Isi bimbingan ini dikembangkan dari
pengalaman bimbingan yang seyogyanya dihayati oleh mahasiswa dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya melalui pemanfaatan layanan bimbingan dan
konseling.
Untuk meningkatkan efektivitasnya, layanan
bimbingan dan konseling di perguruan tinggi mengembangan 3 jenis layanan, yaitu
1.
Layanan dasar umum
Merupakan layanan bimbingan yang ditujukan
kepada seluruh mahasiswa melalui tindakan pemberian bantuan kepada mahasisa
untuk mengembangkan keterampilan dasar hidup menuju perilaku efektif.
Pengembangan kemampuan tersebut secara berkelanjutan akan menjadi dasar untuk
mengembangkan diri.
Pelaksanaan layanan ini dapat berupa kegiatan
pemberian informasi bimbingan secara klasikal atau kelompok kepada semua
mahasiswa.
Isi layanan ini meliputi pengalaman bimbingan untuk
mengembangkan :
a. Sikap dan perilaku mahasiswa dalam beriman
dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa
b. Pemahaman dan pemerolehan perangkat nilai
sebagai pedoman dalam berperilaku
c. Kemampuan dan pemanfaatan potensi diri untuk
mempersiapkan kehidupan di masa depan
d. Kemampuan berperan social sebagai pria dan
wanita dalam rangka mencapai hubungan antarpribadi yang lebih matang
e. Perilaku social yang bertanggungjawab yang
meliputi aspek kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap
masalah-masalah social
f. Kemampuan berpikir sistimatis dan
keterampilan belajar efektif
g. Kemampuan dan keterampilan untuk
mempersiapkan karir di masa depan
h. Kemampuan untuk memiliki dan menemukan
kelompok social yang bermakna bagi kehidupannya.
2.
Layanan Responsif
Hakikat layanan ini adalah membantu mahasiswa
memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan
terjadi pada saat sekarang. Dengan demikian layanan ini merupakan wahana
pemberian bantuan kepada mahasiswa yang hambatan serius dan unik dalam
melaksanakan dan mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Berdasarkan fenomena-fenomena dalam
penelitian dan persoalan kebutuhan mahasiswa yang membutuhkan layanan
responsive adalah berupa bimbingan tentang:
a. Pengendalian diri untuk berperilaku sesuai
dengan kaidah-kaidah agama yang dianutnya
b. Sikap jujur dalam berperilaku sehari-hari
c. Keterampilan komunikasi empatik
d. Pemahaman dan penggunaan kemampuan diri
secara proaktif
e. Sikap dan perilaku social yang
bertanggungjawab
f. Pengembangan kemampuan dan keterampilan
berpikir sistematik
g. Kematangan aspek-aspek emosional
h. Kemampuan dan keterampilan untuk
mempersiapkan karir di masa depan
3.
Layanan perencanaan dan pengembangan
Individual
Mengacu pada visi layanan bimbingan sebagai
proses individual, pengembangan, dan futuristic, maka layanan ini memfokuskan
kepada strategi membantu mahasiswa dalam memahami, merencanakan, dan
mengembangkan dirinya sesuai dengan perangkat kondisi individual yang
dimilikinya.
Aspek dan tahap perkembangan yang ingin
dicapai melalui layanan ini adalah dilaksanakannya tugas-tugas perkembangan
secara menyeluruh dan utuh sebagai strategi pengambilan keputusan efektif dalam
merencanakan kehidupannya di masa depan.
Peranan pembimbing dalam pelaksanaan layanan
ini adalah memandu mahasiswa untuk menyusun rencana pengembangan dirinya, yang
meliputi aspek pribadi social, pendidikan dan karirnya di masa depan.
Isi
bimbingan dari layanan ini meliputi bimbingan :
a. Pemahaman diri sebagai individu yang unik,
khususnya yang menyangkut kelebihan dan keterbatasan kemampuan, bakat, minat,
dan kondisi sosialnya
b.
Pengembangan
kemampuan mengambil keputusan yang efektif sesuai dengan rencana masa depan dan
tujuan hidupnya.
4.
Sistem Pendukung
Dalam kajian manajemen strategi pengembangan
model ini menghendaki adanya dukungan system yang memfasilitasi berkembangnya
suasana lembaga perguruan tinggi yang kondusif bagi penyelenggaraan layanan bimbingan
dan konseling. System pendukung yang dimaksud sekurang-kurangnya mencakup
komponen-komponen sebagai berikut :
a. Komitmen civitas akademika terhadap prinsip
dasar layanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi
1) Sifat holistic perkembangan mahasiswa dan
pesatnya perubahan peluang, tantangan, dan hambatan lingkungan perkembangan
mahasiswa membawa implikasi terhadap proses pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat di perguruan tinggi. Prinsip ini menghendaki
dukungan layanan bimbingan yang secara integral menopang keterbatasan proses
pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam memenuhi fungsi dan
tujuan perguruan tinggi. Titi sentral kepedulian layanan bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi terletak pada upaya pengoptimalisasian pencapaian
tugas-tugas perkembangan mahasiswa sebagai strategi pengembangan aspek-aspek
pribadi social, etik dan moral
2) Pengembangan system peluncuran layanan
bimbingan dan konseling diperguruan tinggi menghendaki keterpaduan persepsi dan
komitmen tentang visi dan misi bimbingan dari segenap civitas akademika. Visi
menurut pimpinan perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa bahwa bimbingan dan
konseling di perguruan tinggi adalah layanan kemanusiaan yang futuristic,
pengembangan, individuasi dan kontekstual membawa implikasi bahwa layanan
bimbingan dan konseling diperguruan tinggi memiliki alur sumbangan yang jelas
dan memiliki strategi peluncuran yang khas dalam upaya mewujudkan fungsi dan
mencapai tujuan perguruan tinggi.
3) Isi layanan bimbingan dan konseling
diperguruan tinggi didasarkan kepada kondisi obyektif karakteristik
perkembangan kebutuhan mahasiswa dan dikembangkan secara terpadu dengan proses
perkuliahan, penelitian, dan pengambdian pada masyarakat yang dilaksanakan
perguruan tinggi. Titik tolak pengemasan isi layanan adalah tugas-tugas
perkembangan mahasiswa yang dipadukan dan diramu dengan peluang, hambatan, dan
tantangan lingkungan
4) Penata Kebijakan : sebagai suatu layanan yang
didukung oleh unsur-unsur manajerial dan dilaksanakan dalam setting lembaga
pendidikan formal, aktualisasi layanan bimbingan dan konseling di perguruan
tinggi perlu ditopang oleh seperangkat kebijakan yang jelas.
Kebijakan-kebijakan yang dimaksud sekurang-kurangya
mencakup tiga aspek dasar yaitu : 1) struktur organisasi, 2) pengadaan dan
pengembangan staf, 3) penyediaan dan pengembangan sarana pendukung, termasuk
alokasi pendanaan secara rasional dan proporsional.
5) Penataan aspek manajerial dan operasional
Aspek-aspek manejerial dan operasional yang perlu
ditata mencakup : 1) peran, tugas, dan tanggungjawab pimpinan perguruan tinggi,
dosen pengajar, 2) pengembangan mekanisme kerja, system informasi dan
monitorinf, supervise dan evaluasi dan 3) pengembangan perangkat operasional
administrasi bimbingan dan konseling.
6) Pengembangan program
Pengembangan program bimbingan dan konseling
diperguruan tinggi didasarkan kepada kondisi obyektif pencapaian tugas-tugas
perkembangan mahasiswa yang dipadukan dengan analisis peluang, hambatan dan
tantangan lingkungan perkembangan mahasiswa. Program ni disusun dengan
koordinasi integrasi dengan keseluruhan program pendidikan diperguruan tinggi.
Kebijakan pengembangan program untuk kurun waktu satu tahun sekali,
implementasinya perlu dijabarkan menjadi program persemester dan program per
bulan.
Pengembangan program bimbingan ini disusun secara
jelas dengan arah dan derap yang seimbang ke berbagai fakultas dna jurusan.
Prioritas program di dasarkan kepada aspek-aspek tugas perkembangan yang belum
dapat dicapai oleh mahasiswa.
BAB III
PENUTUP
Ada beberapa
variable yang perlu kita ketahui terkait bimbingan dan konseling diperguruan
tinggi yang pertama mencapai tugas perkembangan mahasiswa, kedua lingkungan
mahasiswa, dan ketiga implementasi actual layanan bimbingan dan konseling diperguruan
tinggi. Hal ini yang menjadi fenomena atau kondisi obyektif pencapaian tugas
perkembangan mahasiswa menunjukkan bahwa aspek-aspek tugas perkembangan yang
semestinya menjadi dimensi keunggulan mahasiswa belum dapat diwujudkan secara
operasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar