BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak dapat dikatakan prasekolah ketika
mereka berusia antara 3 dan 5 tahun. Ini adalah suatu masa perubahan pesat
dalam semua bidang perkembangan. Anak-anak menguasai kebanyakan kemampuan motor
pada akhir periode ini dan dapat menggunakan kemampuan fisik mereka untuk
mencapai berbagai jenis tujuan. Secara kognitif, mereka mulai mengembangkan
pemahaman tentang kelas dan hubungan dan menyerap informasi dalam jumalh yang
sangat besar tentang dunia social dan fisik mereka. Pada usia 6 tahun,
anak-anak menggunakan pembicaraan yang hampir seluruhnya dewasa, bukan hanya
untuk mengungkapkan keinginan dan kebutuhan mereka tetapi juga membegikan
gagasan dan pengalaman mereka. Secara sosial, anak-anak mempelajari perilaku
dan aturan yang tepat dan makin terampil dalam berinteraksi dengan anak-anak
lain.
Ketika masing-masing aspek perkembangan ini
dibahas, tetap tingkat kerumitan perkembangan dan segi pertumbuhan anak saling
terkait. Perkembangan fisik, kognitif dan social dalam kehidupan nyata semua
itu tidak hanya saling menjalin tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan yang
menjadi tempat anak-anak bertumbuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Layanan Bimbingan dan Konseling pada Taman
Kanak- Kanak
1.
Tujuan bagi Anak-anak :
a.
Lebih mengenal dirinya, kemampuan, sifatnya, kebiasaannya,
dan kesenangannya.
b.
Mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c.
Mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya.
d.
Menyiapkan perkembangan mental dan sosial anak untuk
masuk ke lembaga pendidikan selanjutnya.
2.
Tujuan Bagi Orang Tua :
a.
Membantu Orang tua agar mengerti, memahami dan menerima
anak sebagai individu.
b.
Membantu Orang tua dalam mengatasi gangguan emosi pada
anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah.
c.
Membantu orang tua mengambil keputusan dalam memilih
sekolah bagi anaknya sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan, fisik, dan
indranya.
d.
Memberikan informasi kepada orang tua, untuk memecahkan
masalah kesehatan anak.
B. Bentuk layanan bimbingan dan konseling di
Taman kanak- kanak:
1.
Layanan Pengumpul Data merupakan layanan pertama yang dilakukan sebelum guru
atau pemdamping memberikan bimbingan. Layanan ini bertujuan untuk mengumpulkan
berbagai data yang berkaitan dengan segala aspek kepribadian, kehidupan anak
usia dini dan keluarga. Layanan pengumpul data dapat dilakukan oleh guru atau
pendamping ketika anak mulai belajar, dengan berbagai teknik dan instrumen.
2. Layanan
Informasi merupakan bentuk layanan yang memungkinkan anak dan orang tua
menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan mengambil keputusan untuk kepentingan anak. Informasi yang
dapat diberikan berupa informasi pendidikan, kesehatan atau sosial. Layanan ini
bertujuan memberikan wawasan terhadap anak dan orang tua mengenai hal- hal yang
berhubungan dengan perkembangan anak. Layanan informasi dapat dilakukan guru
atau pendamping secara berkala. Informasi yang diberikan pada anak dapat
dilakukan secara bersama-sama dengan bahan atau materi pembelajaran. Misalnya,
ketika guru merencanakan akan mengembangkan kemampuan anak melalui tema sekolah
maka guru dapat melakukan layanan informasi dengan menggabungkannya bersama isi
tema sekolah tersebut. Layanan informasi dapat diberikan kepada orang tua
dengan memilih waktu penyampaian yang tepat. Berdasarkan paparan diatas, bahwa
dalam pemberian layanan informasi kepada anak tidak harus yang rumit dan
mompleks, akan tetapi layanan yang diberikan lebih sederhana dan berkaitan
dengan kebutuhan dan permasalahan anak pada saat ini dan sekarang (here and now).
3. Layanan
Penempatan merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan anak didik memperoleh
penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya. Dengan layanan ini
diharapkan anak dapat berada pada posisi dan pilihan yang tepat. Pada kegiatan
pendidikan Taman kanak- kanak mungkin akan ditemukan anak- anak yang memiliki
kemampuan yang cukup tinggi. Misalnya, dalam hal intelegensi, dapat dilihat
dari kemampuan merespon berbagi hal yang diberikan guru pada anak. Seorang anak
yang cerdas dapat dengan mudah dan cepat menyelesaikan suatu persoalan yang
diberikan kepadanya, sementara anak yang lambat menunjukkan kemampuan
sebaliknya. Layanan penempatan dapat diberikan pada anak yang memiliki
kemampuan berbeda, hai ini dimaksudkan agar anak mendapatkan layanan dan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Apabila guru memberi
kesempatan yang sama pada semua anak maka anak- anak yang termasuk dalam
kelompok berkemampuan tinggi tidak akan berkembang optimal.Layanan penempatan
diberikan juga pada anak yang memiliki kemampuan kurang. Hal ini dilakukan
untuk memberikan kesempatan mengembangkan diri sesuai dengan kapasitas
kemampuannya. Misalnya, ditemukan anak yang daya pendengarannya terganggu,
selain anak memerlukan penanganan Dokter, menempatkan tempat duduk anak dekat
dengan meja guru sehingga ucapan guru terdengan oleh anak tersebut.
4. Layanan
konseling merupakan suatu bentuk layanan yang intensif dalam membina kemampuan
atau aspek- aspek perkembangan anak dan membantu memecahkan kemungkinan masalah
yang dihadapi anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan apa yang
diharapkan. Ukuran ketercapaian kemampuan anak dilihat dari seberepa jauh
perubahan perkembangan dan pencapaian tugas –tugas perkembangan yang dapat
terpenuhi. Layanan konseling dapat dilakukan terhadap anak yang mengalami
masalah dan atau orang tuanya dengan maksud untuk mencari pemecahan terbaik
dalam membantu masalah yang dihadapi anak. Anak usia Taman kanak- kanak adalah
sosok individu yang masih relatif muda. Pada usia ini anak cenderung belum
menadari secara penuh bahwa ia bermasalah. Permasalahan yang dihadapi anak
kadangkala bersumber dari diri anak sendiri, apakah anak memiliki sifat- sifat
tertentu yang cenderung belum bisa diperbaiki dan mengganngu proses
perkembangan anak. Permasalahan yang dihadapi anak bersumber dari lingkungan
bermain atau lingkungan keluarga. Anak usia Taman kanak- kanak belum dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri. Oleh karena itu, anak perlu mendapatkan
bantuan baik dari guru maupun orang tua atau anggota keluarganya. Jadi untuk
membantu pencapaian perkembangan anak secara optimal maka baik orang tua maupun
anggota keluarga didorong untuk turut memperbaiki kondisi anak melalui layanan
konseling. Layanan konseling pada usia Taman kanak- kanak perlu dibedaka dengan
layanan yang diberikan pada anak yang lebih tinggi usianya. Pada anak yang
usianya lebih tinggi, berkomunikasi langsung antara guru dan siswa dapat
diklakukan karena anak tersebut sudah dapat diajak berbicara, berfikir , atau
memehami berbagai pertanyaan, sedangkan pada anak usia taman kanak- kanak
prosess konseling masih bersifat sederhana . dengan kata lain bagaimana guru
atau pembimbing dapat membantu menumbuhkan kesadaran dan pemahaman anak
terhadap sesuatu, sudah dianggap sebagai layanan konseling.
C. Ciri Bimbingan dan Konseling untuk Anak
Usia Dini
Dalam melaksanakan Bimbingan dan konseling untuk anak usia dini perlu
dilihat pertama, setiap anak perlu dikembangkan secara optimal , dan kedua bagi
anak- anak yang mengalami permasalahan perkembangan perlu bantuan khusus sesuai
dengan permasalahannya. Menurut Syaodih, E (2004) ada beberapa ciri Bimbingan
dan konseling bagi anak usia usia dini, yaitu:
1. Program
Bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak,
Pelaksanaan Bimbingan dan konseling bagi anak usia taman kanak- kanak relatif
cukup sulit. Dialog dengan anak usia taman kanak- kanak untuk menemukan dan
memberikan pemahaman tentang masalah yang sedang dihadapi relatif sulit
dilakukan. Pola pikir anak usia
taman kanak- kanak yang masih sangat sederhana dengan penguasaan bahasa yang
masih terbatas akan menyulitkan guru atau pembimbing untuk memahami apa yang
dirasakan anak. Anak pada usia ini masih sangat polos sehingga pada umumnya
relatif jarang berbohong atau menutupi permasalahan yang dihadapinya. Untuk
dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak, hal utama yang harus
diperhatikan adalah memahami pola pikir anak.
2. Pelaksanaan
bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran pelaksanaan bimbingan dan konseling dilaksanakan
bersama- sama dengan pelaksanaan pembelajaran, artinya guru atau pendamping
pada saat akan merencanakan kegiatan pembelajaran harus juga memikirkan
bagaimana perencanan bimbingannya. Dengan kata lain, pada saat guru memikirkan
program pembelajaran juga harus memikirkan tentang program bimbingannya.
3. Waktu
pelaksanaan Bimbingan sangat terbatas Interaksi guru atau pendamping dengan
anak relatif tidal lama, rata- rata pertemuan dalam sehari hanya 2,5- 3 jam.
Keterbatasan waktu ini mengharuskan guru atau pendamping untuk meramu kegiatan
secara efektif baik yang terkait dengan pengembangan dalam kegiatan
pembelajaran secara rutin maupun melaksanakan bimbingan bagi anak. Pemanfaatan
waktu yang efisien oleh guru atau pendamping akan mempengaruhi hasil yang
ditunjukkan anak berupa perubahan perilaku yang diharapkan. Pengembangan
seluruh aspek perkembangan secara umum tidak dapat dipisahkan. Artinya dalam
mengembangkan salah satu aspek perkembangan secara bersama- sama juga harus
mengembangkan aspek- aspek lainnya.
4. Pelaksanaan
bimbingan dilaksanakan dalam suasana bermain pelaksanaan bimbingan da konseling
bagi anak usia Taman kanak- kanak dilaksanakan dalam nuasa bermain, karena
prinsip ini merupakan esensi aktivitas anak usia dini. Prinsip ini mengikuti
dunia anak yang senantiasa sarat dengan dunia bermain. Bermain merupakan bagian
yang tidak terpisah dengan dunia anak dan bahkan dapat dikatakan tiada hari
tanpa bermain.Bermain bagi anak merupakan suatu aktivitas tersendiri yang
sangat menyenangkan . Dalam bermain anak belajag mengembangkan kemampuan Fisik-
motorik, kognitif, Bahasa dan sosial- emosional. Melalui bermain pula, guru
atau pendamping dapat melakukan bimbingan dan konseling.
5. Adanya
keterlibatan teman sebaya usia taman kanak- kanak adalah masa peralihan dari
lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang lebih luas.
Pada usia ini, ketertarikan anak pada interaksi teman sebaya mulai tumbuh dan
berkembang, anak sering terlihat berkelompok dan berkomunikasi dengan teman
sebayanya. Kebutuhan anak akan teman sebaya seperti ini menjaikan pelaksanaan
bimbingan dan konseling bagi anak Usia Taman kanak- kanak perlu dilakukan dengan
melibatkan teman sebaya. Melalui teman sebaya upaya mengatasi masalah khususnya
masalah sosial emosional dapat dipandang sebagai cara yang cukup tepat untuk
membantu mengatasi masalah yang dialami anak. Selain itu, guru dapat melibatkan
teman sebaya untuk mengerjakan tugas tersebut secara bersama- sama karena anak
memiliki kebutuhan dengan teman sebaya maka keterlibatan teman sebaya dalam
layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan menjadi media yang tepat bagi
anak.
6. Ada
keterlibatan Orang tua merupakan pihak yang tidak dapat dipisahkan dari proses
bimbingan dan konseling , karena orang tua adalah orang yang paling dekat
dengan anak. Mengingat permasalahan yang dihadapi anak tidak dapat dibiarkan
begitu saja maka peran orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak suatu hal
yang sangat penting. Agar diperoleh kerjasama yang baik dengan orang tua maka
guru perlu memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga dapat menyampaikan
permasalahan yang dihadapi anak dan dapat mendorong orang tua untuk turut membantu
mengatasi masalah yang dihadapi anak.
D.
Syarat-
syarat Progran Bimbingan dan Konseling pada Anak Usia Dini
Menurut
Syaodih (2004)dalam menyusun program BK pada anak usia dini ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
1.
Prinsip dasar BK Anak Usia Dini
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling pada anak usia dini tidak menggunakan waktu dan ruang
tersendiri seperti halnya bimbingan dan konseling pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Bimbingan dan Konseling dilaksanakan bersama- sama dengan proses
pembelajaran. Nuasa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan bimbingan karena
dunia anak adalah dunia bermain. Bimbingan dilakukan oleh guru atau pendamping
dan tidak dilakukan oleh petugas khusus, artinya guru atau pendamping memiliki
fungsi ganda selain sebagai pengajar juga berfungsi sebagai pembimbing.
2. Esensi
Bimbingan dan konseling Bimbingan dan Konseling menggunakan prinsip bimbingan
untuk semua anak (guidance for all).
Dalam pelaksanaannya, bimbingan juga diarahkan untuk membantu orang tua agar
memiliki pemehaman dan motivasi untuk turut menggembangkan kemampuan anak
karena kelekatan anak usia dini terhadap orang tua masih relatif tinggi.
Bimbingan diberikan pada anak dimaksudkan agar anak dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan kapasitas kemampuan masing- masing.
3. Orientasi
Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan
konseling pada anak usia dini berorientasi perkembangan karena usia dini adalah
masa pengembangan berbagai aspek kemampuan yang dimiliki anak. Masa ini sering
disebut sebagai masa “Golden Age”
atau masa kemasan karena pada masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan
rangsangan- rangsangan. Pengembangan yang dilakukan sejak masa ini akan
memberikan pengaruh yang sangat berarti bagi tumbuh kembanf anak di kemudian
hari.
4. Konsep
yang mendasari pelaksanaan Bimbingan dan konseling
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling pada anak usia dini pada dasarnya berangkat dari
pemahamn tentang perkembangan anak bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan
kemampuan yang berbeda- beda. Anak memiliki dunia sendri dan anak tidak dapat
disamakan dengan orang dewasa atau remaja. Masa anak usia dini merupakan masa
yang paling menentukan. Bila pada masa ini anak tidak mengalami perkembangan
yang baik dan bahkan banyak menemukan berbagai hambatan maka anak akan mengalami
kesulitan dalam perkembangan di masa- masa selanjutnya.
5. Bentuk
Layanan bimbingan dan Konseling menunjuk pada jumlah anak pada saat guru atau
pendamping melakukan bimbingan. Bentuk layanan bimbingan dapat dilakukan secara
individual maupun kelompok . Layanan bimbingan diberikan dalam bentuk
individual apabila permasalahan yang dihadapi anak bersifat khusus . Misalnya,
untuk membntu perkembangan motorik halus seorang anak. Dia perlu bimbingan
individual agar perkembangan motorik dapat berkembang dengan baik.
6. Setting
Layanan bimbingan dan Konseling pada anak usia dini dapat menggunakan setting
individual, kelompok, dan klassikal. Setting ini digunakan sangat bergantung
dari kebutuhan layanan bimbingan. Misalnya bila guru atau pendamping akan
membantu hal- hal yang berkaitan dengan masalah pribadi atau keterampilan
mungkin dapat menggunakan setting individual, sebaliknya apabila berkaitan
dengan masalah sosial maka guru dapat menggunakan setting kelompok.
E. Tugas Perkembangan
Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan
yang harus dikuasai, adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn
Triyon dan J. W. Lilienthal (Hildebrand, 1986 : 45) adalah sebagai berikut :
a.
Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar
untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat memenuhi
segala kebutuhannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya di usia Taman
Kanak-kanak.
b.
Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang.
Pada masa Taman Kanak-kanak ini anak belajar untuk dapat hidup dalam
lingkungan yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga
saja, dalam masa ini anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi dan
belajar memperoleh kasih sayang dari sesama dalam lingkungannya.
c.
Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar
mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak
lain dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga.
d.
Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak
belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Anak
belajar untuk mampu mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada masa ini anak juga perlu menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkan
konsekuensi yang harus dihadapinya.
e.
Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat. Anak belajar bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat ada berbagai jenis pekerjaan yang dapat dilakukan yang dapat
menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat menghasilkan
jasa bagi orang lain. Contoh, seorang dokter mengobati orang sakit, guru
mengajar anak-anak di kelas, pak polisi mengatur lalu lintas, dan lain
sebagainya.
f.
Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa
ini anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan
bagaimana penggunaannya. Contoh, mulut untuk makan dan berbicara, telinga untuk
mendengar, mata untuk melihat dan sebagainya.
g.
Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar.
Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot
kasar maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar
diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot halus adalah pekerjaan
melipat, menggambar, meronce dan sebagainya.
h.
Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan.
Pada masa ini diharapkan anak mampu mengenal benda-benda yang ada di
lingkungan, dan dapat menggunakannya secara tepat. Contoh, anak belajar mengenal
ciri-ciri benda berdasarkan ukuran, bentuk, dan warnanya. Selain dari itu, anak
dapat membandingkan satu benda dengan benda lain berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki benda tersebut.
i.
Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami
anak/orang lain. Anak belajar menguasai berbagai kata-kata baru baik yang
berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan
lingkungannya. Contoh, anak dapat menyebutkan nama suatu benda, atau mengajak
anak lain untuk bermain, dan sebagainya.
j.
Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan
lingkungan. Pada masa ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang
terhadap apa-apa yang ada dalam lingkungan, seperti pada teman sebaya, saudara,
binatang kesayangan atau pada benda-benda yang dimilikinya.
F. Kebutuhan Dan Masalah Yang Dihadapi Dalam Tugas Perkembangan Anak
Beberapa
Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini :
Tahapan Perkembangan Kognitif untuk anak usia dini sesuai
dengan teori Piaget adalah masuk di tahap ke 2, yaitu tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini
kemampuan anak-anak untuk menerima rangsangan masih terbatas. Kemampuan bahasa
yang dimiliki oleh anak berkembang, walaupun pemikirannya masih statis dan
belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas;
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot
terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas
keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik
anak usia 4-5 tahun lebih
banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi
perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis melakukan gerakan sederhana seperti
berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari. Walaupun mereka
sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga
untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil
resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri
melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari
kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya
(Santrock,1995: 225).
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2
tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti
dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2
tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam
yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar
bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan
beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah
kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan
nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
Masa TK merupakan
masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak
awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan,
sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik
Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi
perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic
Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila
dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan
tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan
menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2 : Autonomy
vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu
menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.Anak
pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan
atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan
ragu-ragu; (3) Tahap 3 : Initiative vs
Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa
ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat
bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi
lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat
menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry
vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah
dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa
dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai
suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
G.
Permasalahan Yang Dihadapi Anak Pada
Usia Dini
Stabilisasi Perkembangan Kognitif Peserta didik dikatakan bermasalah jika
mereka mengalami ketidak sesuaian antara harapan dengan kenyataan yang
diinginkannya, tidak terpenuhinya kebutuhannya serta merasa ada sesuatu hal
yang tidak mengenakan pada dirinya.
Jenis-jenis masalah yang dialami
oleh anak-anak usia PAUD /TK adalah:
1.)
Pola pikir anak (aspek kognitif).
Perilaku bermasalah pada aspek kognitif, yaitu :
a.) Berpikir Irasional
b.) Pikiran negative
c.) Tidak mau belajar.
d.) Malas masuk sekolah.
e.) Sulit menghapal kata dan nama benda.
f.) Tidak memperhatikan pelajaran
g.) Terlambat berpikir
h.) Pelupa
i.) Rasa ingin tahunya rendah
j.) Suka
menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar.
2.) Masalah fisik motori
a) Berjalan pincang, buta,tuli,dan bisucacatfisik
b) Terlalu gemuk
c) Hiperaktif
3.) Masalah Perkembangan Bahasa
a) Kesulitan dalam mengucapkan
kata
b) Kesulitan mengulang kembali kata dari orang lain
c) Kesulitan membaca, menulis dan membunyikan
4.) Masalah Sosioemosional
a) Pendiam, pemalu, minder
b) Egois
c) Menolak realitas ( suka membuat
kegaduan)
d) Bersikap kaku
e) Sulit berteman, membenci guru
tertentu
f) Suka mengganggu teman
H.
Jenis Program Pendidikan yang
ada untuk Masa Anak-anak Awal
Di hampir semua negara di dunia, anak-anak
mengawali sekolah formal merka pada usia kira-kira 6 tahun, suatu waktu ketika
mereka biasanya telah memperoleh kemampuan kognitif dan social yang mereka
butuhkan untuk kegiatan belajar yang terorganisir. Namun, terdapat sedikit
kesepakatan tentang jenis sekolah mana yang dibutuhkan anak-anak di bawah usia
5 tahun, dan ada banyak keragaman dalam jenis pengalaman yang dimiliki
anak-anak yang masih muda sebelum memasuki sekolah (Fitzgerald, Mann, Cabrera
& Wong, 2003; Goeiman et al, 2003) dalam Slavin, 2008 : 100. Adapun
beberapa jenis program pendidkan yang ada untuk masa anak-anak awal, yaitu :
1.
Program Penitipan Anak
Program penitipan anak ada terutama untuk menyediakan layanan
pengasuhan anak bagi orang tua yang bekerja. Program tersebut berkisar mulai
dari pengasuhan bayi (baby-setting),
dimana orang dewasa merawat beberapa anak untuk program prasekolah yang
terorganisir. Riset memperlihatkan bahwa kualitas perawatan anak dini dapat
mempunyai efek yang abadi, khususnya bagi anak-anak dari keluarga yang tidak
beruntung. Sayangnya, riset menemukan bahwa kualitas layanan penitipan anak
yang diberikan bagi anak-anak yang tidak beruntung biasanya jauh lebih rendah
daripada yang disediakan bagi anak-anak kelas menengah.
2.
Prasekolah
Perbedaan utama antara program penitipan anak dan prasekolah
adalah bahwa prasekolah lebih mungkin menyediakan program terencana yang
dirancang untuk menumbuhkan perkembangan social dan kognitif anak-anak yang
masih muda. Konsep utama dalam pendidikan prasekolah adalah kesiapan. Hari-hari
prasekolah biasanya terdiri atas berbagai kegiatan yang kurang lebih
terstruktur, yang berkisar mulai dari proyek-proyek seni, diskusi kelompok, dan
permainan dalam ruang dan luar ruang yang tidak terstruktur. Kegiatan-kegiatan
ini sering diorganisasikan di sekitar tema. Misalnya suatu unit mata pelajaran
tentang binatang dapat saja meliputi pembuatan gambar binatang, memerankan
perilaku binatang, mendengar cerita tentang binatang, dan melakukan perjalanan
ke kebun binatang.
3.
Program Prasekolah Kompensasi
Program prasekolah kompensasi untuk anak-anak kurang
diperkenalkan dalam skala besar sebagai bagian dari keseluruhan program Head
Start federal, yang dimulai pada tahun 1965. Head Start adalah bagian dari
perang Presiden Lyndon Johnson melawan kemiskinan, suatu upaya untuk memutus
lingkaran kemiskinan. Gagasannya ialah member kepada anak-anak yang kurang
beruntung, yang terancam oleh kegagalan sekolah, suatu kesempatan untuk memulai
sekolah formal mereka dengan kemampuan pra-akademik dan social yang sama dengan
yang dimiliki anak-anak kelas menengah. Lazimnya Head Start meliputi program
pendidikan masa anak-anak awal yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan
sekolah.
4.
Intervensi Dini
Kebanyakan program prasekolah kompensasi, termasuk Head Start
telah mulai bekerja dengan anak-anak dan orang tua mereka ketika anak-anak
tersebut berusia 3 atau 4tahun. Banyak program intervensi dini telah
dikembangkan untuk dimulai dengan anak-anak bahkan yang berusia 6 bulan. Salah
satunya adalah program di lingkungan tengah kota Milwaukee bagi anak-anak yang
ibunya menderita keterlambatan mental.
5.
Program Taman Kanak-kanak
Kebanyakan siswa mengikuti taman- kanak-kanak setahun sebelum
mereka masuk kelas satu. Namun, beberapa Negara bagian masih tidak mengharuskan
anak mengikuti taman kanak-kanak (NCES, 2001). Tujuan taman kanak-kanak adalah
untuk menyiapkan siswa mengikuti pengajaran formal dengan mendorong
perkembangan kemampuan sosial mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Slavin, Robert E.
2008. Psikologi Pendidikan Teori dan
Praktik. Jakarta: PT Indeks
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
P
A U D (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)
Semester Gasal (I) TAHUN PELAJARAN 2013/2014
- RASIONEL
- VISI DAN MISI
- TUJUAN UMUM
KOMPONEN
PROGRAM
|
TUJUAN KHUSUS
LAYANAN
|
TOPIK LAYANAN
|
SASARAN LAYANAN
|
STRATEGI LAYANAN
|
WAKTU LAYANAN
|
PELAKSANA LAYANAN
|
LAYANAN DASAR BK
|
Pribadi/Sosial
|
Pengenalan Diri
(Mengenali Nama Diri, Orang Tua, Sodara,
Guru dsb )
|
Semua Peserta Didik
|
1.
Bimbingan klasikal
2.
Pelayanan informasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
Keberhargaan
diri
(Menjaga Diri seperti kebersihan tangan, memakai sepatu, kebersihan kuku)
|
Semua Peserta Didik
|
3.
Bimbingan klasikal
4.
Pelayanan informasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
||
Keterampilan
komunikasi
(Memberi salam kepada guru dan teman)
|
Semua Peserta Didik
|
Pelayanan
orientasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
||
Kesadaran
lintasbudaya
(Mengetahui Negara dan Kota, Suku sendiri)
|
Semua Peserta Didik
|
Bimbingan
klasikal
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
||
Perilaku
bertanggung
jawab
(Merapikan mainan yang digunakannya)
|
Semua Peserta Didik
|
1.
Bimbingan klasikal
2.
Pelayanan orientasi
3.
Pelayanan informasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
||
Pengembangan Diri (Menyanyi, Menari,
belajar menabung)
|
Semua Peserta Didik
|
4.
Bimbingan klasikal
5.
Pelayanan orientasi
6.
Pelayanan informasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
||
Belajar
|
Motivasi
berprestasi
(Memberikan cerita pembangkit motivasi
belajar pada anak-anak)
|
Semua Peserta Didik
|
1.
Bimbingan klasikal
2.
Pelayanan orientasi
3.
Pelayanan informasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
|
Karir
|
Belajar mengenali macam-macam pekerjaan
orang tua
|
Semua Peserta Didik
|
Bimbinganklasikal
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
|
LAYANAN RESPONSIF
|
-
|
1.
Kelambanan dalam belajar
|
Peserta
didik yang membutuhkan
atau yang bermasalah
|
1. Konseling individual
2. Layanan rujukan
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor
|
2.
Penghindaran dari sekolah
|
Peserta
didik yang membutuhkan
atau yang bermasalah
|
Konseling
individual
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor
|
||
3.
Pengatasan masalah dalam hubungan sosial
|
Peserta
didik yang membutuhkan
atau yang bermasalah
|
Konseling
individual
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor
|
||
LAYANAN PERENCANAAN INDIVIDUAL
|
Pribadi/Sosial
|
1.Pengembangan konsepdiri
2.Pengembangan
keterampilan
social
(bermain dalam kelompok)
|
Semua Peserta Didik
|
1.
Asesmen
kelompok
kecil
2.
Penempatan
3.
Tindak-lanjut
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
Belajar
|
Perencanaan
kegiatan
belajar
|
Semua Peserta Didik
|
1.
Penempatan
2.
Tindak-lanjut
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
|
Karir
|
Pengenalan cita-cita
|
Semua Peserta Didik
|
Asesmen
kelompok
kecil
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor dan Guru
|
|
DUKUNGAN SISTEM
|
1.
Pengembangan professional konselor
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
|
2.
Hubungan masyarakat
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
||
4.
Pengembangan jaringan kerjasama
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
||
5.
Pengelolaan sumberdaya,
materi, dan fasilitas
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
||
6.
Pendidikan dan pelatihan orangtua/walisiswa
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
||
7.
Penelitian dan pengembangan
program
|
Pelaksanaan
program BK
|
1.
Konsultasi
2.
Koordinasi
3.
Kolaborasi
|
Juli 2013- Mei 2014
|
Konselor, guru dan Staf Sekolah
|
Program
Semesteran Pendidikan Anak Usia Dini
Komponen
Program
|
TopikLayanan
|
NamaLayanan
|
SasaranLayanan
|
JenisLayanan
|
WaktuPelaksanaan
|
LayananDasar
BK
|
KeberhargaanDiri
|
Pengenalan Diri
|
LayananOrientasi
|
||
Mengenal
dirisendiri
|
LayananInformasi
|
||||
Motivasiberprestasi
|
Bermain
“aku ingin jadi apa”
|
BimbinganKelompok
|
|||
Bercerita
“Cita-citaku”
|
LayananInformasi
|
||||
Pembuatankeputusan
|
Bermain
“Tikus&Kucing”
|
BimbingaKelompok
|
|||
Strategi
pemecahan masalah
|
Bermain
“ Puzzle”
|
LayananInformasi
|
|||
Keterampilankomunikasi
|
Bermain
tebak gambar
|
BimbinganKelopok
|
|||
Kesadaran
lintas budaya
|
Pengenalan
sadar budaya
|
Bimbingankelompok
|
|||
LayananResponsif
|
Kelambanan
dalambelajar
|
Pengenalan,
angka, huruf, dan nama benda sekitar
|
LayananInformasi
|
||
Penghindaran
darisekolah
|
-
|
LayananKonsultasidanKoordinasi
|
|||
Pencegahan
putus sekolah
|
-
|
LayananKonsultasidankoordinasi
|
|||
Pengatasan
masalah dalam hubungan sosial (lingkungan)
|
Bermain
“siapa benar&siapa salah”
|
||||
LayananPerencanaan
Individual
|
Perencanaankegiatanbelajar
|
Manajemen
belajar
|
Layananinformasi
|
||
Menajemenwaktu
|
Layananinformasi
|
||||
Perencanaanpengembangankarakter
|
Mengenalkansifat-sifatterpuji
|
Layananinformasi
|
|||
Bermain
“ akusiapa”
|
BimbinganKelompok
|
||||
Self
regulated
|
LayanananInformasi
|
||||
Perencanaanstudilanjut
|
Bermaincita-citaku
|
Konsultasi
|
|||
Pengembanganketerampilansosial
|
Bermain
“KotakTerlarang”
|
BibinganKelompok
|
|||
Bercerita
“Ayo menolong”
|
LayananInformai
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar