Jumat, 14 Juli 2017

TEORI PERKEMBANGAN PERSEPTUAL


TEORI PERKEMBANGAN PERSEPTUAL,
EKOLOGIS DAN ETOLOGIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling Pribadi Sosial
Dosen Pengampu Dr. M. Ramli, M.A.




OLEH:

AMIRUDDIN
DHIMAZ YUDHISTYA



PASCASARJANA BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2013


A.    Latar Belakang kehidupan Gibson
Elanor Jack Gibson, lahir di Pearia, Illinois, Amerika Serikat pada 7 Desember 1910. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas Yale dan menerima gelar Ph.D. pada tahun 1938, kemudian menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai pengajar di Universitas Cornel, New York. Terakhir ia pindah ke Universitas Middlebury dan pensiun tahun 1980.
Gibson adalah seorang ahli psikologi perkembangan yang telah mencurahkan seluruh perhatiannya pada penilitian selama hampir enam puluh tahun. Fokus utama dalam penelitian Gibson adalah perkembangan perseptual pada bayi. Ia terkenal dengan teorinya yang mengatakan bahwa kita menerima rangsangan ketika kita dapat mengenal ciri-ciri spesifik rangsangan tersebut. Ia adalah istri dari psikolog James Jerome Gibson yang merupakan psikolog terpenting selama abad ke-20 dalam bidang persepsi visual. Jadi, dapat dikatakan Elanor Jack Gibson meneruskan teori perkembangan perseptual suaminya. Ia meninggal Coloumbia, California, Amerika Serikat pada 30 Desember 2002.
B.     Pengertian Perseptual
      Persepsi merupakan fungsi dan cara seseorang memandang sesuatu. Menurut Gibson, persepsi adalah kemampuan seseorang dalam menggambarkan rangsangan atau obyek psikologis seperti gagasan, kejadian atau situasi tertentu yang ditangkap melalui panca indranya (melihat, mendengar, merasakan, meraba dan mencium) secara terpisah-pisah atau serentak sehingga didapatkan gambaran yang jelas atau respon Nseseorang tentang rangsangan yang diterimanya dan menjadi dasar perilaku seseorang. Hal ini dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus atau rangsangan menggerakkan indera. Jadi, segala sesuatu yang mempengaruhi persepsi seseorang maka akan mempengaruhi pula perilaku yang dipilihnya.
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa yang telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan tak akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat kembali.
Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat kita merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung terus-menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan yang lainnya dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi kognisi kita, memberika bentuk secara tidak langsung seorang mempersepsi dunianya.
Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
C.    Perkembangan Perseptual
            Perkembangan perseptual merupakan suatu keterampilan yang dipelajari, maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Namun perkembangan perseptual individu juga dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) dan lingkungan.
      Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Ada tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami yakni:
  1. Sensasi
Sensasi adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung di saat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Maka dari itu, dalam sensasi terjadi deteksi informasi secara indrawi. Misalnya, sensasi pengelihatan mendapatkan informasi berupa gambar yang kemudian diteruskan ke syaraf penglihatan.
  1. Persepsi 
Persepsi adalah interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan lebih lanjut dari aktivitas sensasi. Misalnya, seorang anak yang mendapatkan informasi gambar lewat mata menjadi tahu kalau itu gambar binatang
  1. Atensi
Atensi mengacu kepada kemampuan untuk memilih atau menyaring persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju pada satu objek dengan mengabaikan objek-objek lainnya. Misalnya, karena anak tersebut melihat gambar binatang maka dia tidak melihat gambar yang lainnya dan hanya tertuju dengan satu objek.
Gibson (1990) mengemukakan ada serangkaian fase dalam perkembangan perseptual selama masa infancy (masa pertumbuhan). Fase ini bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan kemampuan-kemampuan motorik yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi lingkungan.
D.    Tahapan Perkembangan Perseptual
Secara umum, ada 3 (tiga) tahap perkembangan perseptual pada masa infancy (masa pertumbuhan) (Gibson, 1990), yaitu :
1.      Tahap Pertama (awal kelahiran – 4 bulan)
Bayi telah mampu mengendalikan kepala dan seluruh badannya sehingga bayi akan dapat mengarahkan penglihatan dan pendengarannya kepada objek-objek yang dijumpai.
2.      Tahap kedua (4 bulan – 7 bulan)
Pada tahap ini bayi telah mampu mengendalikan lengan dan tangannya, sehingga bayi dapat menjangkau dan menggenggam benda-benda.
3.      Tahap ketiga (8 bulan – 12 bulan)
Pada tahap ini perhatian bayi meluas kepada susunan stimulus yang lebih luas karena bayi sudah dapat merangkak, berpindah-pindah tempat (locomotion), serta mengeksplorasi hal-hal yang ada dibalik penghalangnya.
E.     Perkembangan Persepsi
Dalam psikologi Gibsonian, konsep eksplorasi sebagai aspek penting dari persepsi. Gibson menyamakan persepsi terhadap aktivitas, atau keterampilan aktif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang lingkungan. Gibson mengatakan bahwa persepsi aktif, bukan pasif. Dalam hal ini eksplorasi, tidak hanya menerima eksplorasi gerakan mata, kepala, dan bahkan eksplorasi lokomotor dalam pemikiran mungkin sekitar semua sebagai sebuah pencarian untuk informasi lebih lanjut.
Secara tradisional, persepsi telah dianalisis dalam hal versus proksimal rangsangan distal. Artinya, foton distal merangsang fotoreseptor retina proksimal, pikiran menafsirkan informasi ini. Kerangka alternatif yang diusulkan Gibson berusaha untuk menganalisis stimulus yang merangsang organisme, bukan retina. Dengan demikian, psikologi Gibsonian berusaha untuk menjelaskan persepsi dalam hal suatu organisme aktif menjelajahi lingkungan dan mendapatkan informasi tentang kata lingkungan untuk tujuan evolusi, sebagai lawan menjadi responden pasif hanya terhadap rangsangan fisik memukul retina.
Lingkungan terdiri dari semacam reservoir stimulus mungkin bagi kedua persepsi dan tindakan, cahaya, panas, suara, gravitasi, dan kontak potensial dengan benda-benda yang mengelilingi individu lautan energi telah variabel pola dan urutan yang dapat didaftarkan oleh organ akal. Gibson mengusulkan bahwa perbedaan mendasar tidak antara tingkat yang berbeda atau bentuk stimulus dalam persepsi, melainkan antara mode aktivitas perilaku sukarela / persepsi versus stimulasi memaksakan.
Perbedaan berada di bekas rangsangan diperoleh oleh organisme aktif pada tingkat fungsional. Gibson yakin bahwa persepsi adalah cara dimana pengamat tetap berhubungan dengan hal-hal berharga sekitar mereka sehingga menyebabkan penolakan, bukan hanya dari behaviorisme, tetapi teori penyebab persepsi juga. Dia datang untuk mempertimbangkan persepsi kegiatan individu termotivasi, bukan hasil dari sebab-sebab fisik menimpa tubuh yang di dalamnya pikiran terjebak. Berikut ini akan dijelaskan perkembangan persepsi menurut Gibson, yaitu :
1.      The perception of the Visual World (Persepsi awal tentang Dunia Visual)
Persepsi ini menjelaskan tentang ide persepsi langsung dari lingkungan di sekitar kita. Gibson menentang respon psikologi ini, pertama-tama dengan menggunakan metodologi penelitian dualisme, dan kedua, dengan mengedalilkan kerangka teoritis untuk hasil penelitiannya. Dalam karya klasiknya, Persepsi Dunia Visual (1950), ia menolak teori behaviorisme dan pendekatan klasik dan orang lain yaitu persepsi untuk melihat berdasarkan karya eksperimental teorinya memelopori gagasan bahwa sampel pengamat informasi dari dunia visual luar menggunakan sistem perseptual aktif bukan pasif, dan menerima masukan melalui mereka indera dan kemudian memproses input ini untuk mendapatkan sebuah konstruksi dunia. Bagi Gibson, dunia itu berisi invarian informasi yang dapat diakses secara langsung ke sistem persepsi manusia dan hewan yang menyesuaikan diri untuk mengambil informasi ini melalui persepsi langsung.
Dalam hal persepsi visual, beberapa orang benar-benar dapat melihat perubahan persepsi dalam mata batin mereka. The esemplastic alam telah ditunjukkan oleh percobaan sebuah gambar ambigu memiliki beberapa interpretasi pada tingkat persepsi. Salah satu objek dapat menimbulkan banyak persepsi. Masalah ini berasal dari kenyataan bahwa manusia tidak dapat memahami informasi baru, tanpa kebiasaan yang melekat pada pengetahuan mereka sebelumnya. Dengan pengetahuan seseorang dapat  menciptakan realitas atau kebenaran, karena manusia hanya dapat memikirkan hal yang telah terbuka.
Ketika melihat obyek tanpa pemahaman, pikiran akan  mencoba untuk meraih sesuatu yang sudah dilihatnya. Hal itu paling erat hubungannya dengan pengalaman asing dari masa lalu kita, membentuk apa yang kita lihat, ketika kita melihat hal-hal yang tidak kita pahami. Ambiguitas persepsi tidak terbatas pada visi. Sebagai contoh, baru-baru ini menyentuh persepsi penelitian Robles De La Torre & Hayward 2001 menemukan bahwa kinesthesia berdasarkan persepsi haptic sangat bergantung pada kekuatan alami selama sentuh. Teori kognitif persepsi menganggap ada kemiskinan stimulus. Dengan mengacu pada persepsi klaim, sensasi datang dengan sendirinya, tidak mampu memberikan deskripsi yang unik di dunia. Sensasi membutuhkan peran model mental dari seseorang. 
2.      The Senses Considered as Perceptual System (Indra yang dianggap sebagai Sistem perceptual)
Persepsi isi menyajikan jenis yang ada di lingkungan sebagai asal persepsi. Selama seperempat abad ini, Gibson memuat tulisan yang signifikan banyak bersama dengan istrinya, Eleanor J. Gibson. Mereka menolak penjelasan persepsi melalui Behavioristik asumsi bahwa asosiasi stimulus­respons account untuk semua bentuk pembelajaran, termasuk pembelajaran persepsi. Mereka berpendapat bahwa belajar adalah persepsi yang melihat lebih banyak kualitas untuk membedakan stimulus di lingkungan, bahwa pandangan itu adalah akuisisi baru, lebih berbeda, ada tanggapan yang berkaitan dengan stimulus.
Gibson mempelajari persepsi yang terdiri dari 2 variabel, yaitu menanggapi rangsangan fisik yang sebelumnya tidak menanggapi. Serta belajar yang seharusnya selalu menjadi bahan perbaikan untuk berhubungan dekat dengan lingkungan. Gibson menyajikan teori persepsinya dalam The Senses Considered as Perceptual System (1966). Hal ini dimulai dengan seluruh organisme yang perseptor, ia dimulai dengan lingkungan yang akan dirasakan. Jadi, munculnya pertanyaan-pertanyaan tidak karena perseptor construct dunia dari input sesorik dan pengalaman masa lalu, melainkan informasi apa yang langsung tersedia di lingkungan ketika seseorang atau hewan berinteraksi dengannya.
Gibson menyarankan bahwa sistem persepsi yang peka terhadap invariants dan variabel dalam lingkungan secara aktif mencari melalui interaksi. Bagi Gibson, lingkungan berisi informasi yang obyektif, yang memungkinkan pengakuan atas sifat permukaan, benda. Kritis dengan model Gibson adalah persepsi yang merupakan proses aktif, melibatkan gerakan. Invariants inilah yang memungkinkan pengamat untuk melihat lingkungan dan objek di dalamnya, dan invariants ini adalah bagian dari lingkungan sehingga persepsi tidak hanya secara langsung tetapi pandangan dunia yang akurat.
Gibson menolak pendekatan tradisional yang secara alami, melainkan bahwa obyek persepsi dalam diri berarti makna tambahan melalui proses mental yang lebih tinggi seperti kognisi atau memori. Pendekatan Gibson sangat berbeda. Ia berargumen bahwa makna eksternal untuk perseptor terletak pada apa yang diamati oleh  lingkungan. 
  1. The Ecological Approach to Visual Perception (Pendekatan ekologis untuk Visual Persepsi)
Selama beberapa tahun terakhir, banyak peneliti perkembangan perseptual pada bayi yang dituntun oleh pandangan ekologi dari Eleanor dan James J. Gibson. Persepsi ini mencerminkan perkembangan pemikiran dan penekanan pada makna melalui interaksi antara persepsi dan tindakan, affordances lingkungan hidup. Gibson menggunakan pendekatan ekologi untuk persepsi, yang didasarkan pada interaksi antara pengamat dan lingkungan. Beliau menciptakan istilah affordance yang berarti kemungkinan interaktif dari suatu obyek atau lingkungan tertentu. Konsep ini telah banyak memberikan pengaruh dalam bidang desain dan ergonomis, serta bekerja dalam konteks interaksi antar manusia-mesin.
Gibson mengatakan bahwa kita tidak harus mengambil sebagian data dari sensasi dan membuat gambaran dalam pikiran kita. Untuk sistem perseptual kita dapat memilih dari informasi yang banyak disediakan oleh lingkungan. Menurut pandangan ekologi Gibson, kita secara langsung mempersepsikan informasi yang ada di dunia sekitar kita. Persepsi membuat kita memiliki hubungan dengan lingkungan untuk berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Persepsi dibuat untuk tindakan. Persepsi memberi orang informasi tentang cara atau tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya.
Persepsi ekologi pendekatan James J. Gibson menolak asumsi kemiskinan stimulus dengan menolak gagasan bahwa persepsi berbasis sensasi. Ia menyelidiki informasi apa yang sebenarnya disajikan kepada sistem persepsi. Dia dan para psikolog yang bekerja di dalam memikirkan bagaimana dunia bisa ditetapkan mengeksplorasi melalui proyeksi yang sah dari informasi tentang dunia. Spesifikasi merupakan pemetaan 1:1 dari beberapa aspek dunia ke dalam persepsi diberikan seperti pemetaan, pengayaan tidak diperlukan dan persepsi adalah persepsi langsung.
Salah satu eksperimen psikologi klasik menunjukkan waktu reaksi jawaban lebih lambat dan kurang akurat ketika setumpuk kartu bermain dibalik warna sesuai simbol untuk beberapa kartu (misalnya sekop merah dan hati hitam). Terdapat juga bukti bahwa otak dalam beberapa hal beroperasi pada sedikit  keterlambatan, untuk memungkinkan impuls saraf dari bagian tubuh yang jauh yang akan diintegrasikan ke dalam sinyal simultan.
Pemahaman ekologi persepsi yang berasal dari Gibson karya awal adalah persepsi in action, pengertian bahwa persepsi adalah properti syarat tindakan bernyawa. Tanpa persepsi tindakan akan berjalan, dan tanpa persepsi tindakan tidak akan bermanfaat. Animasi tindakan membutuhkan baik persepsi dan gerak, dan persepsi dan gerakan dapat digambarkan sebagai dua sisi mata uang yang sama, koin adalah tindakan. Gibson bekerja dari asumsi tersebut, bahwa entitas tunggal, yang ia sebut invarian, sudah ada di dunia nyata dan bahwa semua proses persepsi ini adalah untuk rumah di atas mereka.
Pandangan yang dikenal sebagai konstruktivisme (yang dimiliki oleh filsuf seperti Ernst von Glasersfeld ) menganggap penyesuaian terus-menerus persepsi dan tindakan untuk input eksternal sebagai tepat apa merupakan entitas, yang karenanya jauh dari invarian sedang. Glasersfeld menganggap sebuah invarian sebagai target yang harus ada dan kebutuhan pragmatis untuk memungkinkan suatu langkah awal pemahaman akan didirikan sebelum memperbarui bahwa pernyataan bertujuan untuk mencapai invarian tidak dan tidak perlu mewakili aktualitas. Teori konstruksionis sosial sehingga memungkinkan untuk penyesuaian evolusi yg diperlukan. 



BAB II
Teori Perkembangan Ekologi



Ekologi adalah cabang sains yang mengkaji habitat dan interaksi di antara benda hidup dengan alam sekitar. Ekologi berasal dari oikos yaitu habitat dan logos yaitu ilmu. Kini, istilah ekologi telah digunakan secara meluas dan merujuk kepada kajian saling hubungan antara organisme dengan sekitar dan juga saling hubungan di kalangan organisme itu sendiri. Penyelidikan ekologi biasanya menumpu pada jumlah organisme dan bagaimana saling mempengaruhi ciri dan sifat alam sekitar, juga pengaruh alam sekitar terhadap organisme tersebut. Dalam psikologi teori ekologi dengan tokohnya Urie Bronfenbrenner yang berparadigma lingkungan  menyatakan bahwa perilaku seseorang (contoh perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya. Saat ini kita merasakan perubahan lingkungan dengan sangat  cepat dan drastis di segala macam aspek.
Para ilmuwan, setelah menganalisis situasi yang dahsyat di seluruh dunia menyimpulkan bahwa saat ini kita sedang memasuki era Postmodemism.  Dalam zaman ini tidak ada lagi pusat-pusat kekuasaan. Tidak ada tokoh, aliran, partai politik, ideologi dan sebagainya yang mampu menonjol atau menonjol atau dominan dalam waktu yang cukup lama. Perubahan – perubahan ini mempengaruhi perkembangan seseorang. Adapun lingkungan diluar diri yang mempengaruhi pribadi seseorang terdiri dalam berbagai lingkaran yang berlapis-lapis.
Teori ekologi memandang bahwa, perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Teori ekologi yang paling terkenal dan memiliki implikasi luas untuk memahami bagaimana lingkungan berpengaruh kepada individu adalah teori yang diungkapkan oleh Urie Bronfenbrenner.
Menurut Brenfenbenner, bahwa perkembangan dipengaruhi oleh lima system lingkungan, yang berkisar antara lima konteks kasar mengenai interaksi langsung dengan orang-orang hingga konteks budaya berdasar luas. Lima system itu adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.
A.    Mikrosistem
Mikrosistem adalah lingkungan di mana individu tinggal. Ini meliputi keluarga seseorang, teman sebaya, sekolah dan tetangganya. Dalam mikrosistem ini, interaksi yang paling langsung dengan alat sosial, seperti keluarga, teman sebaya, guru dan sebagainya. Pengaruh mikrosistem (keluarga) terhadap perkembangan Sosioemosional umur 2-5 tahun:
  1. Gaya Pengasuhan & Tipe pengasuhan:
a.       Pengasuhan Otoriter
ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar pada anak-anak untuk berbicara. Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak.
b.      Pengasuhan Otoritatif
mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak-anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak.
c.       Pengasuhan Permisif
Permisif indifferent yaitu suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan  anak. Tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya kurang kendali diri. Permisif indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya kurangnya kendali diri.
B.     Mesosistem
Adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal hubungan orang tua-guru, orang tua-teman, antar teman, guru-teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para developmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting majemuk untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.
Pengaruh Mesosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun. Relasi yang baik antar teman sebaya melalui permainan dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Permainan dapat meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, memberi tempat berteduh yang aman bagi prilaku yang secara potensial berbahaya, meningkatkan bahwa anak akan berbicara dan berinteraksi satu sama lain, anak-anak memperaktikkan peran yang mereka akan laksanakan dalam hidup masa depannya. Anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru.


C.     Eksosistem
Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau sederhananya  menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang tua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi masih besar pengaruhnya  seperti koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.
Pengaruh eksosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun:
  1. Pengalaman kerja seorang ibu dapat mempengaruhi perkembangan sosial anaknya, ibu yang banyak bekerja di luar rumah biasanya menitipkan anaknya pada pembantu rumah tangga (baby sitter), dapat menyebabkan perubahan pola interaksi antara orang tua dan anak.
  2. Televisi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak dengan menjauhkan mereka dari pekerjaan rumah, mengajarkan mereka berbagai medel agresi yang penuh kekerasan, memberi pandangan-pandangan yang tidak realistis terhadap dunia. Walau demikian televisi juga dapat memberi  program-program yang mengandung nilai-nilai edukatif, menambah informasi anak-anak tentang dunia diluar lingkungan dekat mereka dan memberi model-model prilaku prososial. Oleh karena itu orang tua harus selektif dalam menentukan program yang boleh ditonton oleh anak.
D.    Makrosistem
Makrosistem meliputi kebudayaan di mana individu hidup. Kita ketahui bahwa kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui pula bahwa studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.
Pengaruh makrosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun :
1.      Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, misalnya mengurangi anggaran pendidikan  akan mempengaruhi perkembangan anak yang dapat dilihat dari kurangnya sarana dan prasarana pendidikan (misalnya sarana permainan yang dapat meningkatkan relasi teman sebaya).
2.      Anak yang hidup di daerah yang masih banyak dipengaruhi adat istiadat, maka akan mempengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi.

E.     Kronosistem
Dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Misalnya dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, Para peneliti menemukan bahwa dampak negatif sering memuncak pada tahun pertama setelah perceraian dan bahwa dampaknya lebih negatif bagi anak laki-laki daripada anak perempuan. 2 tahun setelah perceraian interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya sangat didorong untuk meniti karir dibandingkan pada 20 atau 30 tahun yang lalu. Dengan cara seperti ini, kronosistem memiliki dampak yang kuat pada perkembangan kita.
Anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota.

BAB III
TEORI PERKEMBANGAN ETOLOGI



A.    Pengertian Teori Perkembangan Etologi
Istilah “etologi” diturunkan dari bahasa Yunani, sebagaimana ethos ialah kata Yunani untuk "kebiasaan". Etologi merupakan pandangan yang menekankan landasan biologis, dan evolusioner perkembangan. Teori ini ditegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku binatang dalam keadan nyata. Etologi menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi dan ditentukan secara biologis. Tiap spesies mempelajari bagaimana cara beradaptasi agar bisa bertahan hidup. Melalui proses seleksi alam, yang dapat bertahan hiduplah yang dapat mewariskan sifat ke anak-anaknya. Para Etologis adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku manusia.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)  lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.
B.     Tokoh- Tokoh Dalam Teori Etologi
1.      Konrad Z. Lorenz ( Austria, 1903-1989)
Sebagai Bapak Ethologi Modern (Father of  modern ethology) yang juga telah meraih Hadiah Nobel  pada tahun 1973. Ia adalah seorang psikologi, zoologi, dan ornitologi berkebangsaan Austria. Lorenz bertemu dengan Nikolas Tinbergen yang juga seorang ahli tingkah laku hewan (ethologist). Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya tingkah laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal lahirnya etologi.
Melalui penelitian yang sebagian besar dilakukan dengan angsa abu-abu, Lorenz (1965) mempelajari suatu pola perilaku yang dianggap diprogramkan di dalam gen burung. Seekor anak angsa yang baru ditetaskan tampaknya dilahirkan dengan naluri untuk mengikuti induknya. Pengamatan memperlihatkan bahwa anak angsa mampu berperilaku demikian segera setelah ditetaskan. Lorenz membuktikan bahwa tidak benar anggapan bahwa perilaku semacam itu diprogramkan terhadap binatang.
Dalam eksperimennya Lorenz memisahkan telur yang dierami oleh satu angsa menjadi dua kelompok. Satu kelompok ia kembalikan kepada induknya untuk ditetaskan sedangkan kelompok lain dia letakan di inkubator untuk ditetaskan. Angsa dari telor kelompok pertama segera setelah mereka menetas mengikut sang induk kemanapun dia pergi. Adapun angsa kedua, yang melihat Lorenz ketika pertama mereka menetas, mengikuti Lorenz kemanapun pergi seolah dia adalah induk mereka.
Lorenz kemudian bereksperimen lebih lanjut dengan menandai angsa-angsa tersebut dan meletakannya dalam sebuah kotak. Lalu Lorenz berdiri berdampingan dengan induk angsa. Ketika kotak diangkat, setiap kelompok angsa langsung menuju “induknya” masing-masing. Proses ini disebut imprinting, yaitu proses belajar cepat, naluriah dalam priode kritis di waktu yang terbatas yang melibatkan ketertarikan terhadap benda bergerak pertama yang terlihat. Sehingga dari penelitian ini dapat dismpulkan bahwa dasarnya perilaku social adalah gen. Ada insting dari mahluk hidup untuk mengembangkan perilakunya. Sehingga muncullah kalimat yang paling terkenal yaitu “genes setting the stage and society writing the play”. Teori ini memberikan dasar pemahaman mengenai periode kritis perkembangan dan perilaku melekat pada anak segera setelah dilahirkan.
2.      Nikolas Tinbergen ( Den Haag, 1907 – 1988 )
Seorang etolog dan ornitolog Belanda yang berbagi penghargaan nobel dalam fisiologi atau kedokteran pada tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan mereka di bidang biologi. Tinbergen terkenal dengan empat pertanyaan yang dipercayainya yang harus ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak. Kerjasama Lorenz dan Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu memperhatikan empat jenis penjelasan setiap perilaku :
a.       Fungsi: Bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk kelangsungan hidup dan reproduksi?
b.      Penyebab: Apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah diubah oleh pembelajaran terkini?
c.       Pengembangan: Bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal yang perlu untuk perilaku dapat diperlihatkan?
d.      Sejarah evolusioner: Bagaimana perilaku jika dibandingkan dengan perilaku bersama dalam spesies yang terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Lorenz membuat Tinbergen terkenal sebagai tanggapan naluriah yang akan terjadi dan dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies bebek dan angsa, serta persamaan dan perbedaan antara perilaku yang dibandingkan dengan persamaan dan perbedaan dalam morfologi. Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan atau perilaku lain pada anggota spesies  mereka sendiri, dan mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana.
Tinbergen melakukan percobaan dengan menggunakan sarang tawon yang ditempatkan di tengah lingkaran bunga pinus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang. Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dengan lingkaran baru tanpa sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran baru, bukan ke sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut dengan belajar untuk mangenal sesuatu..
3.      JohnBowlby (1907-1990)
Seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak. Bowlby lahir di London. Teori Bowlby (Teori Kelekatan) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku sangat lekat pada anak sehingga diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebenarnya tingkah laku kelekatan tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah psychological bonding yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berhubungan dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Sexual imprinting adalah proses-proses yang dipelajari oleh individu untuk mengarahkan perilaku seksualnya dalam kelompok spesiesnya. Pada penelitian cross-fostering (ibu asuh) yang dilakukan, dimana suatu individu dibesarkan oleh orang tua atau induk yang berbeda dari individu tersebut, sehingga memperlihatkan bahwa imprintingnya juga akan muncul pada awal-awal kehidupannya. Pada kebanyakan spesies burung, penelitian ini telah menunjukkan bahwa burung yang perkembangannya diasuh oleh orang tua atau induk lain, pada saat dewasa nantinya dia akan mencoba kawin dengan anggota spesies induk yang mengasuhnya (foster-spesies).
Tingkah laku lain yang ditunjukkan oleh hewan selain imprinting juga dapat diamati. Misalnya saja adalah perilaku hewan-hewan yang membutuhkan bermain dalam hidupnya. Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, kucing suka bermain-main dengan obyek yang bisa bergerak-gerak yang  membuatnya sangat menarik. Sama halnya dengan manusia pada saat masa anak-anak, mereka suka bermain.
C.     Teori Perkembangan Etologi
Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku, khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman. Jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata.
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun. Teori etolog klasik lemah dalam mensimulasikan studi dengan manusia.
Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai perspektif perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan pada periode kritis yang kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John Bowlby  (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal.  Para Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
1.      Bonding dan Attachment Theory
Pada awalnya teori etologi ini tidak terlalu mendapatkan perhatian dan keterkaitan dengan hubungan manusia. Sampai kemudian John Bowlby menekankan pentingnya penerapan teori etologi tersebut terhadap manusia. Bowbly berpendapat bahwa kelekatan pada pengasuh di tahun pertama kehidupan mempunyai konsekuensi penting pada keseluruhan masa hidup. Jika kelekatan tersebut positif dan aman, individu kemungkinan akan berkembang secara positif di masa kanak-kanak dan dewasa. Tetapi jika kelekatan tersebut negatif dan tidak aman, perkembangan sepanjang rentang kehidupan cenderung tidak optimal. “Jadi, dalam pandangan ini, tahun pertama kehidupan adalah masa sensitif bagi perkembangan sosial”.
Bowlby dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi, tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku.
Bowlby percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah“Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan social. Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu lingkungan dasar tempat berkembang. Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman, untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
2.      Fase-fase Kelekatan
Berikut ini merupakan fase kelekatan yang dikemukakan oleh Bowlby:
Usia
Ciri Umum
Ciri Khusus
0-3 bulan
Tidak ada perbedaan
Orientasi sosial dan sinyal sebagai tanda tanpa
diskriminasi atau pembedaan pada orang lain
Senyuman yang mempunyai arti sosial.
3-6 bulan
Mengarah pada pribadi yang dikenal
Kemampuan sosial untuk membedakan orang
atau diskriminasi. Bayi mulai mengenal wajah-wajah tertentu.
6 bulan-3 tahun
Mempertahankan hubungan dengan tokoh tertentu
Adanya kelekatan yang tepat, ketika dipisahkan
dengan pengasuh. Reaksinya aktif  mengikuti
kepergian tokoh.
3 tahun-masa akhir anak
Membentuk kerjasama
Anak memperoleh pemahaman tentang perasaan
dan motivasi orang dewasa, jadi dapat mengatur
hubungan mutual

Sebelum menginjak usia tiga atau empat tahun, anak-anak berkonsentrasi hanya pada kebutuhan mereka sendiri untuk mempertahankan kedekatan tertentu kepada pengasuh atau orang tuanya. Bagi anak dua tahun, pengetahuan bahwa ibu atau ayah ”pergi ke sebelah sebentar untuk meminjam” tidak berarti apapun baginya; sebaliknya, anak ingin ikut juga ke sana. Namun sebaliknya dengan anak usia tiga tahun, mereka sudah memahami rencana dan dapat membayangkan apa yang akan dilakukan orang tuanya saat pergi keluar sebentar. Akibatnya, anak lebih bersedia membiarkan orang tuanya pergi. Anak mulai bertindak lebih seperti rekanan di dalam hubungan dengan orang tuanya tersebut.
Bowlby mengakui bahwa hanya sedikit saja yang bisa diketahui mengenai fase keempat ini, apalagi kelekatan di usia-usia selanjutnya. Orang dewasa yang bisa keluar dari dominasi orang tua sekalipun, masih membentuk sebuah kelekatan lewat substitusi yang bersifat keorangtuaan. Contohnya orang dewasa sering menganggap dirinya seorang independen, namun masih terus mencari kedekatan dengan orang-orang yang dicintai saat krisis menimpa. Bahkan mereka yang lebih tua usianya menemukan kalau mereka semakin bergantung pada generasi yang lebih muda.


3.      Pola-pola Kelekatan
a.      Insecurely Attached Avoidant infant
Anak menolak kehadiran ibu, menampakkan permusuhan, kurang memiliki resiliensi ego dan kurang mampu mengekspresikan emosi negative. Selain itu anak juga tampak mengacuhkan dan kurang tertarik dengan  kehadiran ibu.
b.      Securely Attached Infant
Ibu digunakan sebagai dasar eksplorasi. Anak berada dekat ibu untuk beberapa saat kemudian  melakukan eksplorasi, anak kembali pada ibu ketika ada orang asing,  tapi memberikan senyuman apabila ada ibu didekatnya. Anak merasa terganggu ketika ibu pergi dan menunjukkan kebahagiaan ketika ibu kembali.
c.       Insecurely Attached Resinstant Infant
Menunjukkan keengganan untuk mengeksplorasi lingkungan. Tampak  impulsive, helpless dan kurang control. Beberapa tampak selalu menempel pada ibu dan bersembunyi dari orang asing. Anak tampak sedih ketika ditinggal ibu dan sulit untuk tenang kembali meskipun ibu telah kembali. Mampu mengekspresikan  emosi negatif namun dengan reaksi yang berlebihan.
d.      Disorganized/ Disoriented Attached
Ditemukan pada anak-anak yang mengalami salah pengasuhan (maltreated) dimana kekacauan emosi terlihat saat episode pertemuan kembali dengan ibu. Perilaku mereka tampak sangat tidak terorganisasi, dan mengalami konflik dalam dirinya.
Anak dengan kelekatan insecure avoidant memiliki ibu yang tidak sensitif terhadap sinyal yang diberikan bayi dalam  berbagai situasi pengasuhan dan situasi bermain. Sedangkan anak dengan kelekatan  insecure resistant memiliki ibu yang tidak menyukai kontak fisik dengan anak dan memiliki ekspresi emosional yang kurang memadai atau kurang ekspresif, ibu juga menunjukan sikap yang tidak konsisten. Berbeda dengan anak yang memiliki pola kelekatan tidak aman, anak yang memiliki kelekatan aman  (secure attached) memiliki ibu yang responsif pada kebutuhan dan sinyal-sinyal yang diberikan bayi dan mempunyai sikap yang konsisten. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak yang memiliki kualitas kelekatan yang paling baik adalah anak dengan kelekatan aman.
Anak yang memiliki orang tua yang mencintai dan dapat memenuhi kebutuhannya akan mengembangkan model hubungan yang positif yang didasarkan pada rasa percaya (trust). Selanjutnya secara simultan anak akan mengembangkan model yang paralel dalam dirinya. Anak dengan orang tua yang mencintai akan memandang dirinya “berharga”. Model ini selanjutnya akan digeneralisasikan anak dari orang tua pada orang lain, misalnya pada guru dan teman sebaya. Anak akan berpendapat bahwa guru dan teman adalah orang yang dapat dipercaya. Sebaliknya anak yang memiliki pengasuh yang tidak menyenangkan akan mengembangkan kecurigaan (mistrust) dan tumbuh sebagai anak yang pencemas dan kurang mampu menjalin hubungan sosial.

DAFTAR RUJUKAN
                                                                                                                                       


Gibson, RS., 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press: New York.
Marcella Joyce, Laurens.2004. Aristektur dan Perilaku Manusia. PT Grasindo: Jakarta.
Naisaban, Ladislaus. 2009. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran  dan Karya. PT Grasindo: Jakarta.
William C. Crain, Theoris of  Development Concepts and Applications, 1980 by Prentice-Hall,inc. Englewoodcliffs, New Jersey.
Indrisari & Irmy Dyah. 2011. Perkembangan Perseptual Gibson. http://cinthamymy.wordpress.com/2011/ 12/31/perkembangan-perseptual-gibson/ (diakses tanggal 30 Maret 2013).
Ulama,Satkar.2010.AnalisisPersepsidalamKomunikasi.http://satkarulama.webs.com/apps/blog/show/3573448 (diakses tanggal 30 Maret 2013).
malamtadi.wordpress.com /(diakses tanggal 30 Maret 2013).




1 komentar:

  1. Online Casino - ShooterCasino
    The aim of the game is 제왕카지노 to attract new players by giving them a งานออนไลน์ chance to have fun in the casino, where all new 메리트 카지노 주소 members are accepted and accepted,

    BalasHapus